Langsung ke konten utama

Ahmad Wahib; Sebuah Konsep Untuk Menanggapi Konfrontasi Pemikiran

Ahmad Wahib; Sebuah Konsep Untuk Menanggapi Konfrontasi Pemikiran
Oleh : Nanang Kurniawan
    Akal meniscayakan adanya tindakan ataupu gerak yang akan dilakukan. Ketidakmampuan akses akan ilmu pengetahuan, konsep bahasa, konsep sosial merupakan sebuah keterbatasan ilmu. Akan tetapi, apakah karena ketidakmampuan akses tersebut akan membatasi konsepsi akan haus belajar dari kita? menjawab pertanyaan ini, tentu tidak. Konsep keterbatasan sejatinya digaris oleh diri kita sendiri, seberapa pentingkah menghafal semua isi buku yang kita baca? bukankah dialog antara kita dengan hal yang dituangkan pada sebuah bacaan merupakan sebuah transformasi atas garis batasan akan sebuah akses ilmu pengetahuan itu sendiri. Harapan dalam pemaknaan bacaan tentunya merupakan hal yang kita dambakan, akan tetapi apakah hal tersebut yang akan selalu membatasi pemilkiran kita terkait sebuah konsep pemahaman untuk mencapai transformasi ilmu pengetahuan? tentu tidak.

    Himpunan Mahasiswa Islam, apakah merupakan sebuah tempat singgah? Jikalau sebuah tempat singgah, maka tempat singgah yang seperti apa? pertanyaan ini akan dijawab melalui argumen setelahnya. HMI merupakan organisasi yang berkelanjutan dan akan terus berganti, pada kondisi ini sikap seorang yang ber-HMI yang dikatakan sampai kepada tahap pemikiran matang akan berjalan seiring dengan usianya, namun seringkali kita sampai kepada tahap matang pada saat waktu kita meninggalkan organisasi ini. Tuntutan akan sebuah konsep ideal pemikiran mungkin akan terpenuhi apabila seorang telah diluar lingkungan organisasi HMI.

    Maka dari itu inilah yang dimaksud Hmi sebagai tempat singgah untuk membina diri, membina pola pikir kita yang akan kemudian kita turunkan secara berkelanjutan. Tentunya seiring berjalannya sebuah organisasi, maka terdapat pula gejolak pemikiran yang ada, gejolak pemikiran yang ada ini tidak boleh semerta merta kita tuntut pada sebuah organisasi. Kadang kala gejolak pemikiran yang ada inilah yang justru menjadi tolak ukur membangun sebuah transformasi pemikiran. Kadangkala sikap spontan yang diwujudkan menjadi sebuah protes yang menjadi dinamika untuk membangunkan pemikiran yang sedang tertidur, hal inilah yang menjawab tempat singgah seperti apa HMI itu.

Komentar

Paling Banyak Dikunjungi

Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan

  Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan Oleh Ardyansyah Saputra Basri Selama beberapa tahun belakangan, saya terlibat aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan fakultas tempat saya mengenyam studi ilmu kesehatan masyarakat. Ada pahaman yang berkembang di kalangan anggotanya, yakni perihal keadilan. Keadilan diartikan sebagai sesuatu hal yang sesuai dengan kadar dan porsinya. Tapi apakah makna keadilan secara luas dapat diartikan seperti itu? jika ditelusuri, ternyata pahaman itu hadir dari hasil dialektika pada proses perubahan konstitusi. Kalau di Yunani Kuno, proses dialektika atau diskusi filosofis itu dilakukan di lyceum, di perkuliahan saya mendapatinya di mubes lembaga kemahasiswaan. Pada dasarnya berlembaga adalah aktivitas berpikir, kita berfilsafat di dalamnya, sejauh yang saya dapatkan. Proses dialektika atau diskusi filosofis ini sebenarnya merupakan metode untuk mendapatkan kebenaran atau pengetahuan. Pada setiap transisi periode kepengur

Merawat Telinga Kita

  Merawat Telinga Kita Oleh : Sabri Waktu kita terbatas, anggapan itu menjadi alasan manusia bertindak selalu ingin jauh   lebih cepat bahkan melupakan setiap proses yang dilalui dan orang-orang di sekitarnya. Melihat waktu sebagai sesuatu yang terbatas atau tanpa batas ditentukan oleh diri kita masing-masing. Kita memahami bahwa hidup kita berada di masa kini akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dihantui oleh masa lalu dan masa depan. Mendengarkan sesungguhnya merupakan salah satu cara kita menghargai waktu dengan orang-orang di sekitar kita, karena kehadiran seseorang dapat terasa tak ada jika apa yang ingin disampaikan tak didengarkan dengan baik. Maka kemampuan kita untuk mengabaikan sesam a akan terlatih. Apalagi berbagai kebiasaan yang ada saat ini mengajak kita untuk lupa akan pentingnya menciptakan sebuah kehadiran sejati dengan saling mendengarkan. Di antara kita, angkatan, komisaria

Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis

  Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis Oleh: Ardyansyah Saputra Basri Tanggal 1 Ramadhan 1443 H atau 3 April 2022 M, tepat pada jam 01.21 WITA suara ketukan palu sebanyak tiga kali berbunyi. Menandakan berakhirnya sidang penetapan program kerja pengurus HmI komisariat kesmas unhas cabang maktim periode 1443-1444 H/ 2022-2023 M. Ucapan syukur hamdalah menghiasi forum rapat kerja yang dilaksanakan secara daring via google meeting, yang berarti bahwa hal yang direncanakan kepengurusan telah dimulai selama kurang lebih satu tahun ke depan. Pada saat yang sama, notifikasi chat grup ramai silih berganti dari pengurus yang baru saja melaksanakan rapat kerja. Pertanyaan mengenai kapan rapat kerja selesai pun beralih menjadi penantian terhadap sahur yang nanti bagusnya makan apa, dengan siapa, dan jam berapa. Sahur pertama ini memang selalu menjadi persoalan, setidaknya dari yang apa saya amati di kultur Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak jarang, beberapa teman yan