MASTER PLAN
KETUA UMUM
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
KOMISARIAT KESEHATAN MASYARAKAT
CABANG MAKASSAR TIMUR
PERIODE 1443 - 1444 HIJRIAH
OLEH
ARDYANSYAH SAPUTRA BASRI
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Ardyansyah Saputra Basri
Nama Panggilan : Ardy
TTL : Sugihwaras, 10 Juli 2000
Alamat : Sekretariat Maperwa FKM Unhas
Riwayat Pendidikan : SDN Inpres 029 Sumberjo
: SMP Negeri 5 Wonomulyo
: SMA Negeri 1 Wonomulyo
: FKM Unhas, Departemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja
Riwayat Organisasi : HmI Komisariat Kesmas Unhas Cabang Maktim
: Maperwa FKM Unhas
: Palang Merah Indonesia
: Lingkar Pemikir Polman
Riwayat Perkaderan : Basic Training HmI Komisariat Perikanan Unhas Cabang Maktim
: Intermediate Training HmI Cabang Kutai Kartanegara
: Sekolah Instruktur (Konstruk) Angkatan 3 BPL HmI Cabang Maktim
: BSLT BEM FKM Unhas
: ISLT BEM FKM Unhas
Motto : “Living Being”
Hadirnya HmI
Himpunan Mahasiswa Islam yang selanjutnya disingkat HmI merupakan organisasi mahasiswa tertua yang ada di Indonesia. HmI berdiri pada tanggal 5 Februari 1947 oleh intelektual Muslim Indonesia salah satunya dipelopori oleh Lafran Pane. HmI hadir sebagai wadah bagi mahasiswa muslim untuk membangkitkan kesadaran mereka dalam memberi warna pada perjuangan bangsa dan negara. Selama 75 tahun, HmI selalu memberikan kontribusi bagi bangsa Indonesia, disamping mampu menghadapi pergejolakan, tantangan dan hambatan yang ada tubuh HmI.
Mahasiswa yang bergabung di dalam HmI bukan hanya sekedar berhimpun, namun juga sebagai kader ummat dan kader bangsa sehingga tidak heran jika Panglima Jenderal Sudirman pernah mengatakan bahwa HmI selain sesuai namanya, namun HmI juga merupakan Harapan Masyarakat Indonesia. HmI membawa wacana islam yang moderat dan inklusif, dan komitmen kebangsaan yang tercermin dalam Nilai Dasar Perjuangan (NDP) secara substansial di banyaknya keanekaragaman dan warna di Indonesia.
Perkaderan HmI
HmI sebagai organisasi yang bercirikan kaderisasi meniscayakan terus memproduksi kader selama mahasiswa tetap ada. Kader yang secara definitif berarti sekelompok orang yang terorganisir dan akan menjadi tulang punggung bagi kelompok yang lebih besar sehingga kader terbentuk dan bergerak dalam HmI berdasarkan aturan-aturan yang ada, baik secara nilai dengan mengacu pada Nilai Dasar Perjuangan (NDP), dan secara operasional organisasi yang mengacu pada AD/ART HmI, pedoman perkaderan, dan ketentuan-ketentuan lain yang ada di tubuh HmI.
Perkaderan di tubuh HmI merupakan upaya yang dilakukan secara sadar dan sistematis yang selaras dengan pedoman perkaderan HmI sehingga setiap kader dapat mengaktualkan potensi dirinya secara maksimal menjadi kader muslim-intelektual-profesional berdasarkan basis keilmuan yang diembannya di perguruan tinggi, sehingga kualitas insan cita dapat terwujud.
Sebagai mahasiswa yang mengikuti kaderisasi di tubuh
HmI, kader keluaran HmI merupakan anggota dengan wawasan
Keislaman-Keindonesiaan-Kemahasiswaan dengan lima kualitas insan cita dan
bersifat independen. Selain itu, kader HmI yang merupakan mahasiswa Islam
membawa dua peran yaitu peran intelektual dan peran kekhalifahan. Peran
intelektual dalam hal ini kader HmI dengan kualitas ilmunya mesti berjuang
untuk mengangkat harkat dan derajat kemanusiaan di tengah pluralitas dan
keberagaman, bukan yang pada dasar bergeraknya dilandasi tujuan praktis.
Sedangkan peran kekhalifahan dilaksanakan dengan mewujudkan nilai ilahiyah di
bumi dengan kewajiban pengabdian kehadirat Allah SWT, yang dilakukan kader HmI
dengan membawa perubahan yang dilalui dengan menjadi rahmat bagi alam semesta.
Perjuangan HmI
Perjuangan HmI sebagaimana organisasi islam lainnya tetap berlandaskan pada Quran dan hadis. Namun sebagai manusia biasa, kita memiliki keterbatasan dalam menjelaskan Quran dan hadis. Penafsiran akan Quran dan hadis juga sangatlah beragam, ini mengacu kepada madzahibut tafsir yaitu aliran-aliran yang memiliki ciri khas tertentu dalam hal paradigma, episteme, metodologi, dan corak penafsiran (corak linguistik, corak fiqih, corak teologis, corak sufistik, corak falsafi, dan corak ilmi). Sehingga jika langsung merujuk secara tekstual atau hanya mengacu pada satu pandangan penafsiran, maka sebagai mahasiswa atau dalam hal ini manusia biasa tentu kita akan memiliki potensi untuk jatuh kepada pemahaman Islam yang eksklusif dan konservatif.
Sebagai kader HmI, memahami Nilai Dasar Perjuangan (NDP) sebagai ideologi dalam bergerak sangatlah penting. Perjuangan HmI ini kemudian diwujudkan dengan mentransformasikan gagasan dan aksi terhadap lima kualitas insan cita yang ingin dicapai sesuai dengan tujuan HmI yaitu, “terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi, yang bernafaskan Islam dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT.”
HmI Komisariat Kesmas Unhas
Kondisi Internal
HmI Komisariat Kesmas Unhas merupakan basis terkecil dan terdasar dari struktural organisasi HmI yang telah berdiri sejak 5 februari 1947. HmI Komisariat Kesmas Unhas saat ini telah memasuki tahun yang ke 31 dalam menjalankan dan melanjutkan nafas perjuangan kaderisasi HmI di FKM Unhas. Sebagai organisasi perjuangan, tentunya banyak proses dan dinamika yang telah dilalui.
HmI Komisariat Kesmas Unhas hari ini dalam mencapai kualitas insan cita sesuai yang tercantum pada tujuan HmI memiliki beberapa faktor penghambat. Lemahnya manajemen organisasi komisariat tidak dapat menjawab tuntutan kebutuhan kontemporer. Hal ini terlihat pada kurang efektif dan kurang sinergisnya komunikasi antar pengurus; antar pengurus dengan bidangnya; antar bidang; antar bidang dengan presidium; hingga pada pengurus dengan kader dan alumni membuat jalannya kepengurusan tidak berjalan maksimal terhadap prinsip-prinsip manajemen organisasi sesuai dengan perencanaan yang telah disusun. Disini konsolidasi organisasi mesti diupayakan entah dengan metode rapat rutin sebagai pengejawantahan terhadap fungsi evaluasi yang terus berjalan di dalam kepengurusan sehingga ada pengelolaan organisasi yang berjalan secara efektif dan efisien. Komisariat juga meniscayakan adanya pengelolaan organisasi yang dipimpin oleh ketua komisariat yang memilliki fungsi sebagai penggerak dan koordinator dari sumber daya dan segala sarana prasarana yang ada sehingga penghambat yang sifatnya manajerial tersebut dapat teratasi dan dicarikan solusinya.
Selain itu, wacana keislaman-keindonesiaan-kemahasiswaan oleh kader komisariat mesti dimasifkan dengan membukakan ruang-ruang belajar di dalam jalannya kepengurusan komisariat. Dengan fokus pada peningkatan kapasitas diri kader seperti budaya HmI sebagai tempat belajar ini akan mengantarkan kader pada kualitas insan cita sesuai dengan tujuan HmI.
Kondisi Eksternal
Relasi dan hubungan HmI komisariat kesmas unhas dengan komisariat lain Cabang, maupun Badko HmI sebagai bentuk komunikasi organisasi secara struktural sangat penting untuk mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Kondisi tersebut tercermin pada frekuensi pertemuan dengan komisariat lain, cabang, maupun badko yang belum maksimal. Baik dalam kerja sama pembukaan ruang-ruang belajar bagi kader, maupun ruang dialektis atau diskusi terhadap wacana keislaman-keindonesiaan-kemahasiswaan kontemporer.
Proyeksi Komisariat
Komisariat merupakan ujung tombak dari eksistensi perjuangan HmI, yang kemudian sebagai unit terdasar atau basis akar rumput yang bertanggung jawab terhadap proses regenerasi dan pembinaan anggota sebagai syarat keberlangsungan ruh perjuangan HmI. Hal ini tidak terlepas dari basis HmI yang berada di fakultas di perguruan tinggi, sehingga HmI ini diwadahi dengan komisariat sebagai kesatuan organisasi yang ada di fakultas.
HmI atau dalam hal ini komisariat kesmas unhas diharapkan dapat membina dan mengkader mahasiswa islam fakultas kesehatan masyarakat baik di tingkat program studi kesmas maupun gizi, agar dalam bergerak memiliki landasan terhadap pilihannya sesuai dengan wawasan keislaman-keindonesiaan-kemahasiswaannya. Pemasifan ruang-ruang belajar berdasarkan minat bakat dan kecenderungan wacana kader juga mesti diupayakan agar kualitas insan cita dapat tercapai.
Pandemi Covid-19 yang merupakan kondisi tidak terelakkan menjadi tantangan tersendiri bagi jalannya kepengurusan komisariat di tengah tantangan komunikasi yang efektif antar anggota. Pemanfaatan teknologi melalui media sosial diharapkan dapat menjadi salah satu solusi menjalankan kepengurusan komisariat untuk menjawab tantangan Pandemi Covid-19.
Sebagaimana kondisi psikologis Lafran Pane saat mendirikan HmI sebagai perwujudan dari komitmen keislaman, kepengurusan komisariat memerlukan landasan batin yang kokoh sebagai sumber dalam bertingkah laku atau bergerak dengan berpijak pada NDP. Semakin kokoh landasan batin tersebut maka semakin mampu kader dalam menghadapi berbagai tantangan yang ada di komisariat. Komisariat mesti melahirkan kader dengan jiwa yang murni, semakin murni jiwa kader maka semakin ia dapat memancarkan budi luhur dan kerti serta karya-karya yang selain berdampak terhadap agama namun juga dari segi sosial-kebudayaan dan kebangsaan.
Analisis SWOT
Strenghts (Kekuatan) - Sumber daya kader komisariat - Database kader komisariat - Alumni komisariat - Kader yang menduduki jabatan struktural di luar komisariat
|
Weakness (Kelemahan) - Belum adanya sekretariat komisariat - Belum maksimalnya ruang-ruang belajar kader - Minat kader terhadap komisariat - Minat mahasiswa FKM terhadap komisariat
|
Opportunities (Peluang) - Masih terjalinnya komunikasi dengan komisariat lain, Cabang Maktim, dan Badko
Sulselbar |
Theats (Ancaman) - Pandemi Covid-19 - Dualisme kepemimpinan Cabang Maktim |
Visi dan Misi
Visi : HmI sebagai tempat belajar; meningkatkan kapasitas kader untuk mencapai kualitas insan cita.
Misi :
1) Peningkatan basis wacana kader melalui ruang-ruang belajar;
2) Menjalin komunikasi organisasi yang sinergis antar internal dan eksternal komisariat.
Komentar
Posting Komentar