Langsung ke konten utama

Merawat Telinga Kita

 


Merawat Telinga Kita

Oleh : Sabri

Waktu kita terbatas, anggapan itu menjadi alasan manusia bertindak selalu ingin jauh  lebih cepat bahkan melupakan setiap proses yang dilalui dan orang-orang di sekitarnya. Melihat waktu sebagai sesuatu yang terbatas atau tanpa batas ditentukan oleh diri kita masing-masing. Kita memahami bahwa hidup kita berada di masa kini akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dihantui oleh masa lalu dan masa depan.

Mendengarkan sesungguhnya merupakan salah satu cara kita menghargai waktu dengan orang-orang di sekitar kita, karena kehadiran seseorang dapat terasa tak ada jika apa yang ingin disampaikan tak didengarkan dengan baik. Maka kemampuan kita untuk mengabaikan sesama akan terlatih. Apalagi berbagai kebiasaan yang ada saat ini mengajak kita untuk lupa akan pentingnya menciptakan sebuah kehadiran sejati dengan saling mendengarkan.

Di antara kita, angkatan, komisariat dan bahkan organisasi internal ada sebuah tembok besar yang disebakan oleh kemampuan mendengarkan kita yang kurang baik, sebut saja ia bernama ‘ketidakpedulian’ dan itu hanya dapat didobrak bersama dengan mendengarkan dengan baik agar kepedulian itu dapat dimunculkan oleh semua stakeholder yang ada di rumah ini (HMI Komisariat Kesmas), Karena setiap dari kita yang peduli, selalu diawali dari rasa tanggung jawab untuk mendengarkan, kemudian menjadi cemas dan membuat kita bergerak. Mungkin Anda sendiri pernah merasa cemas berlebihan karena masalah IPK, masa depan setelah lulus atau bahkan karena permasalahan angkatan. Semua itu oleh sebagian orang dianggap wajar, hanya saja cemas itu berpusat pada individualitas yang tinggi, itu adalah bukti bahwa kita peduli, tapi sayangnya hanya kepada diri sendiri dan angkatan.

Menilik realitas hari ini bahwa sesungguhnya pengaderan hari ini hanya mengantarkan kita pada relasi Kakanda dan Adinda dan berbagai kepanitian yang sangat melelahkan. Di mana hampir sama dengan relasi guru dan murid, bahwa Kakanda adalah orang yang mengetahui segalanya dan Adinda adalah orang yang tidak tahu apa-apa. Maka konsekuensinya adalah apapun yang dikatakan oleh Kakanda harus kita lakukan. Bahkan kita sering kali berdebat kusir di wilayah keaktifan segenap keluarga besar kita. Tanpa memahami apa sebenarnya yang mau kita bawa di kegiatan-kegiatan yang akan kita selenggarakan dan yang apa sebenarnya keluarga besar kita inginkan. Sepertinya konsekuensi ini disebabkan oleh kemampuan mendengarkan yang kurang baik sehingga menghasilkan ketidakpedulian.

Kini marilah kita mulai mendengarkan, mendengarkan akan membuatmu hidup lebih indah dari apa yang kita bayangkan dan kelak itu akan akan menjadi bekal awal terhadap semua masalah yang akan kalian khususnya di HMI Komisariat Kesmas. Tapi alangkah baiknya mulailah mendengarkan apa yang ada pada dalam dirimu sendiri. Sebab ketika kita mulai mendengarkan, maka keheningan kita merupakan ekspresi kasih yang lebih kuat dari kata-kata dan kita akan merasakan kehadiran yang sesungguhnya.

Mendengarkan mungkin tak sesederhana yang kita bayangkan, kepedulian mungkin sesuatu yang tertidur dan bahkan bagi sebagian orang entah dimana. Akan tetapi tidak ada jaminan bahwa di masa depan kita akan menjadi orang baik atau buruk dengan mendengarkan. Sebab kita hidup di tengah berbagai kemungkinan. Maka patutlah kita belajar mencurigai diri sendiri.

Dan sekarang di rumah ini, kita tumbuh dan belajar terus menerus dari waktu yang kita lalui. Jika waktu dihabiskan hanya untuk sekedar mengurusi diri sendiri, apakah waktu kita akan terasa bermakna? Rasa-rasanya, itu yang membuat kita mudah dilupakan. Maka, kelak kita akan dilupakan atau dikenang salah satunya mungkin dari konsep waktu kita masing-masing.

Komentar

Paling Banyak Dikunjungi

Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan

  Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan Oleh Ardyansyah Saputra Basri Selama beberapa tahun belakangan, saya terlibat aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan fakultas tempat saya mengenyam studi ilmu kesehatan masyarakat. Ada pahaman yang berkembang di kalangan anggotanya, yakni perihal keadilan. Keadilan diartikan sebagai sesuatu hal yang sesuai dengan kadar dan porsinya. Tapi apakah makna keadilan secara luas dapat diartikan seperti itu? jika ditelusuri, ternyata pahaman itu hadir dari hasil dialektika pada proses perubahan konstitusi. Kalau di Yunani Kuno, proses dialektika atau diskusi filosofis itu dilakukan di lyceum, di perkuliahan saya mendapatinya di mubes lembaga kemahasiswaan. Pada dasarnya berlembaga adalah aktivitas berpikir, kita berfilsafat di dalamnya, sejauh yang saya dapatkan. Proses dialektika atau diskusi filosofis ini sebenarnya merupakan metode untuk mendapatkan kebenaran atau pengetahuan. Pada setiap transisi periode kepengur

Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis

  Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis Oleh: Ardyansyah Saputra Basri Tanggal 1 Ramadhan 1443 H atau 3 April 2022 M, tepat pada jam 01.21 WITA suara ketukan palu sebanyak tiga kali berbunyi. Menandakan berakhirnya sidang penetapan program kerja pengurus HmI komisariat kesmas unhas cabang maktim periode 1443-1444 H/ 2022-2023 M. Ucapan syukur hamdalah menghiasi forum rapat kerja yang dilaksanakan secara daring via google meeting, yang berarti bahwa hal yang direncanakan kepengurusan telah dimulai selama kurang lebih satu tahun ke depan. Pada saat yang sama, notifikasi chat grup ramai silih berganti dari pengurus yang baru saja melaksanakan rapat kerja. Pertanyaan mengenai kapan rapat kerja selesai pun beralih menjadi penantian terhadap sahur yang nanti bagusnya makan apa, dengan siapa, dan jam berapa. Sahur pertama ini memang selalu menjadi persoalan, setidaknya dari yang apa saya amati di kultur Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak jarang, beberapa teman yan