Langsung ke konten utama

NDP HMI dan Pencapaian Indonesia Emas 2045

NDP HMI dan Pencapaian Indonesia Emas 2045

Oleh : Nanang Kurniawan

Membangun konstruk gerakan pada era yang sekarang nyatanya tak segampang membalikkan telapak tangan. Konstruk pewacanaan gerakan yang kerap kali masih disentuh oleh orang-orang yang tak searah dengan gerakan yang dilakukan dengan tujuan ideal pada awalnya masih saja ada. Intervensi terhadap gerakan mahasiswa yang ada sekarang tentunya pernah dialami oleh pendahulu pergerakan di era sebelum reformasi. Himpunan mahasiswa Islam (HmI) menjadi salah satu organisasi juga telah melewati banyaknya peristiwa sejarah pergerakan mahasiswa di era dulu baik sebagai pelaku sejarah ataupun menyaksikannya. Seiring perkembangan zaman HmI memperluas sayap pergerakan tak hanya di Indonesia akan tetapi membentuk himpunannya diluar Indonesia juga.

Gerakan aktivis terkhusus pada mahasiswa didefinisikan oleh Nan Lin sebagai upaya kolektif untuk melawan perubahan demi tujuan untuk memajukan masyarakat. Gerakan yang ada ini merujuk pada gerakan kelembagaan sosial yang bertujuan juga menciptakan sebuah orde yang baru. Dalam kehidupan bermasyarakat mahasiswa memainkan peran pemikir, pemimpin sampai pelaksana, hal ini dijewantahkan dengan bagaimana seorang mahasiswa membangun sebuah gagasan untuk perkembangan masyarakat kemudian mendorong gerakan atas landasan gagasan yang tadi dibangun.

Pada kondisi sekarang, era teknologi yang berkembang pesat tentu perlu pembaharuan dari gerakan yang ada. Apakah pola gerakan sekarang harus selalu berbasis pada gerakan sosial yang cenderung turun kejalan? Jawabannya tentu tidak, dengan adanya sebuah teknologi yang maju maka berkembanglah juga sebuah pola gerakan, baik kepada gerakan sosial masyarakat, pendidikan, dan kesehatan. Aktivisme hibrida merupakan pola gerakan yang memadukan antara sebuah kontruk gerakan offline dan online. Pola gerakan ini yang mesti dibangun untuk menghadapi permasalahan yang ada.

Inovasi memiliki makna konotasi yaitu pembaharuan. Menanggapi sebuah inovasi yang akan dilakukan tentunya kita memiliki sebuah pegangan sebelum melakukan sebuah inovasi. Konteks inovasi yang akan dilakukan mesti tidak memasuki konteks agama murni, semisal dalam konteks ibadah maka kita dilarang menambahkan atau melakukan sebuah pembaharuan berdasar sebuah budaya. Akan tetapi kita diharuskan pula membuat inovasi diluar konteks agama murni, yang dimaksudkan disini adalah pembaharuan dalam konteks pemikiran untuk menciptakan sesuatu yang bermanfaat.

Tuntutan inovasi juga juga dilakukan atas dasar bahwa manusia adalah makhluk yang selalu ingin tahu akan sesuatu. Pembaharuan merupakan salah satu hal yang menjawab sifat dari manusia ini sendiri. Pada prinsip yang telah disinggung sebelumnya maka jika kita akan melakukan sebuah inovasi kita paham konsep (pola, format, dan agenda) apa yang akan dilakukan atau diperbuat dalam segi pemikiran akan dimungkinkan terjadi.

Menilik dari segi harapan serta kesempatan dalam konteks Indonesia sendiri, kita masih sangat dimungkinkan untuk membuat berbagai transformasi sebuah pemikiran. Hal ini dilandasi oleh kenyataan bahwa pemikiran Islam di Indonesia sendiri masih berada di fase mapan. Meskipun dari satu sisi masih kurangnya pola tranformasi pemikiran tetapi dari sisi lain hal inilah yang mesti mendongkrak semangat untuk mengembangkan intelektualitas ataupun tranformasi pemikiran.

Himpunan Mahasiswa Islam atau yang kerap kita sapa dengan HMI  merupakan organisasi mahasiswa sekaligus organisasi perkaderan. Sebagai pengejewantahan dari fungsi organisasi kader, HMI mempunyai peran dalam perencanaan dan membantu mengatur untuk terciptanya forum bagi mahasiswa Indonesia terutama untuk anggotanya. Dalam pelaksanaan perannya ini HMI mengemban tugas mulia sekaligus tugas yang berat, hal berat ini didasari karena HMI merupakan organisasi kemahasiswaan. Akan tetapi disisi mulianya dikarenakan orang memerlukan masukan dalam proses pengembangan dirinya.

Peningkatan dari akhak dan pengetahuan bisa tercapai dengan waktu yang relatif pendek tentunya dilandasi oleh masukan yang berkualitas dan terseleksi. Pada proses peningkatan akhlak yang akan menuju ke tranformasi pemikiran, HMI berfungsi sebagai filter bagi kadernya. Kader memiliki arti mendalam dalam penggunaannya, dalam proses seorang kader diharapkan peran yang akan dilakukannya terutama pada masa mendatang untuk menyelesaikan tantangan yang ada. Berdasarkan hal tersebut, perkaderan perlu dilakukan untuk mengarahkan masa depan seseorang yang tentunya beriorientasi sebagaimana HMI sendiri sebagai sebuah lembaga perkaderan tingkat pendidikan kemahasiswaan.

Perubahan merupakan sebuah konsekuensi dari pertumbuhan. Perubahan inilah yang diharapkan terjadi pada kader HMI yang juga akan menjawab sebuah  tantangan seiring dengan pembangunan nasional yang ada. Pembangunan nasional yang diharapkan tentunya berorientasi kepada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang melingkupi tiga aspek yaitu : (1) Kesehatan, (2) Ekonomi, dan (3) Pendidikan. Maka dari itu peran inilah yang diharapkan akan tertanam pada setiap kader HMI yang berlandaskan pada transformasi pemikiran.

Sebagai lembaga perkaderan yang dalam rangka mengembangkan pembangunan nasional, kualitas sumber daya tentunya harus mumpuni. Akan tetapi, sebagai lembaga perkaderan tentunya kita harus memiliki sebuah batasan topik yang dalam hal ini difokuskan kepada apa yang dapat diperkirakan serta yang bisa dilakukan oleh HMI itu sendiri. Praduga tentang perkembangan pembangunan yang ada mengarah kepada penuntutan kualitas tenaga ahli yang khusus pada masa mendatang. Menyikapi hal tersebut maka orientasi perkaderan yang ada perlu dibuka secara lebar meliputi berbagai bidang yang kemudian diminati oleh anggota.

Secara khusus berdasarkan narasi diatas, pengembangan kapasitas yang diiharapkan untuk dielaborasi pada perkaderan adalah :

  1. Pengembangan kemampuan untuk mengutarakan pendapat secara sistematis, baik lisan maupun tulisan. 
  2. Pengembangan kemampuan untuk melakukan penelitian serta analisis sesuai dengan disiplin ilmu tertentu. 
  3. Pengembangan kemampuan untuk bisa bekerja keras, tidak mudah mengeluh agar berusaha sampai berhasil.
Dalam upaya menjawab tantangan akan pembangunan nasional, maka sikap integratif dengan memposisikan HMI tidak terpisah dari kehidupan berbangsa dan bernegara adalah sebuah jawaban. Akan tetapi, dalam sikap integratif tersebut HMI menegaskan orientasi kualitas agar HMI dapat berpersan sebagai subjek. Hal yang dimaksudkan tentunya dilatarbelakangi oleh analisis mengenai hakikat dtujuan HMI itu sendiri.

Tujuan nasional yang tercerminkan dalam Pembukaan UUD 1945 merupakan sebuah hal yang identik dengan hakikat tujuan HMI itu sendiri. Maka dari itu hakikat dari kualitas insan Cita HMI merupakan sasaran dari arti kader itu sendiri. Upaya mewujudkan konsistensi terhadap nilai-nilai Islam tentu harus selaras dengan perkembangan sebuah pemahaman yang mengacu kepada ke-Islaman dan ke-Indonesiaan.

Menjawab seperti apa kader yang akan menjadi kader “pembangun” maka dipandang perlu untuk kader HMI berperan pada segala aspek pembangunan yang ada pada masyarakat yang sesuai dengan bidang atau keahliannya masing-masing seperti jalur akademisi, dunia profesi, birokrasi pemerintah, dunia usaha, dan jalur lain yang dapat dimasuki oleh kader HMI itu sendiri. Jika semua aspek pembangunan melalui jalur tersebut terpenuhi, maka dari segi konsepsional mengenai perkaderan Hmi yang berkonteks pada pembangunan nasional akan terpenuhi.

Output yang diharapkan dari perencanaan diatas, tentunya akan selalu mengacu kepada pedoman HMI itu sendiri atau dalam hal ini NDP HMI. NDP sebagai pegangan dari sebuah kader HMI akan menentukan orientasi gerak dari kader. Secara terstruktur, budaya dari perkaderan HMI perlu untuk terus dikembangkan selaras dengan seperti apa harapan pembangunan nasional itu sendiri. Respon para kader HMI yang terkonsolidasi akan menjawab seperti apa tantangan dari Indeks Pembangunan Nasional.


Komentar

Paling Banyak Dikunjungi

Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan

  Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan Oleh Ardyansyah Saputra Basri Selama beberapa tahun belakangan, saya terlibat aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan fakultas tempat saya mengenyam studi ilmu kesehatan masyarakat. Ada pahaman yang berkembang di kalangan anggotanya, yakni perihal keadilan. Keadilan diartikan sebagai sesuatu hal yang sesuai dengan kadar dan porsinya. Tapi apakah makna keadilan secara luas dapat diartikan seperti itu? jika ditelusuri, ternyata pahaman itu hadir dari hasil dialektika pada proses perubahan konstitusi. Kalau di Yunani Kuno, proses dialektika atau diskusi filosofis itu dilakukan di lyceum, di perkuliahan saya mendapatinya di mubes lembaga kemahasiswaan. Pada dasarnya berlembaga adalah aktivitas berpikir, kita berfilsafat di dalamnya, sejauh yang saya dapatkan. Proses dialektika atau diskusi filosofis ini sebenarnya merupakan metode untuk mendapatkan kebenaran atau pengetahuan. Pada setiap transisi periode kepengur

Merawat Telinga Kita

  Merawat Telinga Kita Oleh : Sabri Waktu kita terbatas, anggapan itu menjadi alasan manusia bertindak selalu ingin jauh   lebih cepat bahkan melupakan setiap proses yang dilalui dan orang-orang di sekitarnya. Melihat waktu sebagai sesuatu yang terbatas atau tanpa batas ditentukan oleh diri kita masing-masing. Kita memahami bahwa hidup kita berada di masa kini akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dihantui oleh masa lalu dan masa depan. Mendengarkan sesungguhnya merupakan salah satu cara kita menghargai waktu dengan orang-orang di sekitar kita, karena kehadiran seseorang dapat terasa tak ada jika apa yang ingin disampaikan tak didengarkan dengan baik. Maka kemampuan kita untuk mengabaikan sesam a akan terlatih. Apalagi berbagai kebiasaan yang ada saat ini mengajak kita untuk lupa akan pentingnya menciptakan sebuah kehadiran sejati dengan saling mendengarkan. Di antara kita, angkatan, komisaria

Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis

  Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis Oleh: Ardyansyah Saputra Basri Tanggal 1 Ramadhan 1443 H atau 3 April 2022 M, tepat pada jam 01.21 WITA suara ketukan palu sebanyak tiga kali berbunyi. Menandakan berakhirnya sidang penetapan program kerja pengurus HmI komisariat kesmas unhas cabang maktim periode 1443-1444 H/ 2022-2023 M. Ucapan syukur hamdalah menghiasi forum rapat kerja yang dilaksanakan secara daring via google meeting, yang berarti bahwa hal yang direncanakan kepengurusan telah dimulai selama kurang lebih satu tahun ke depan. Pada saat yang sama, notifikasi chat grup ramai silih berganti dari pengurus yang baru saja melaksanakan rapat kerja. Pertanyaan mengenai kapan rapat kerja selesai pun beralih menjadi penantian terhadap sahur yang nanti bagusnya makan apa, dengan siapa, dan jam berapa. Sahur pertama ini memang selalu menjadi persoalan, setidaknya dari yang apa saya amati di kultur Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak jarang, beberapa teman yan