Langsung ke konten utama

Generasi Z dan Politik: Transformasi Perilaku Pemilih di Indonesia Tahun 2024

ANALISIS PERILAKU PEMILIH DALAM PERSPEKTIF PEMILIH DI INDONESIA

Oleh : Nur Latifah Sa'ada

Generasi Z atau yang sering disebut sebagai generasi Post-Milenilal atau Information Generation (iGeneration) adalah remaja yang lahir diawal tahun 1995-2000-an. Dalam sebuah artikel berjudul “How Generation Z Will Change The World” oleh majalah Time pada tahun 2018 dipandang bahwa generasi ini sangat optimistik dan akan membawa perubahan besar bagi dunia.

Lahir di tengah pesatnya perkembangan teknologi, membuat generasi Z menjadi generasi yang terbiasa dengan keberadaan dan manfaat teknologi. Perkembangan teknologi dan informasi kemudian memicu generasi Z memiliki wawasan luas, ambisius dalam bekerja dan cenderung berpikir instan. Predikat “Agen perubahan” menjadi tren dikalangan remaja generasi Z yang kemudian banyak di aktualisasikan dalam bentuk pengabdian pada organisasi, komunitas dan forum yang berorientasi pada perubahan.

Generasi Z dikesankan memiliki langkah yang progresif dalam politik. Intensifikasi terhadap teknologi mempengaruhi cara mereka berinteraksi dengan dunia dan informasi. Hal ini menciptakan ciri khas tersendiri bagi generasi Z dalam pandangannya terhadap politik. Mereka menjadi lebih terbuka dengan berbagai sudut pandang, cenderung pula lebih memperhatikan isu-isu sosial dan lingkungan seperti keberagaman, perubahan iklim, pemerintahan yang bersih dan kesetaraan dalam pemilihan politik mereka.

Kepraktisan, kecepatan dan intensitas menjadi pertimbangan utama bagi generasi Z dalam hal mencari informasi.  Pada tahun 2017, riset yang dilakukan oleh Tirto.id dengan 1.201 responden generasi Z menunjukkan bahwa sebanyak 35,2% generasi Z mencari informasi melalui media sosial, 26,1% dari browser dan 14.4% dari televisi. Ini menunjukkan bahwa media sosial berperan besar sebagai sumber informasi generasi Z. Media sosial telah menjelma menjadi patron utama bagi remaja generasi Z. Remaja generasi ini sangat mudah menerima persepsi dan mengimitasi gaya hidup yang tersediadi media sosial. Dengan demikian, lembaga pendidikan, organisasi masyarakat, perusahaan media, bahkan keluarga diuji perannya sebagai pemberi informasi kepada generasi Z.

Media sosial merupakan sarana yang paling kuat dalam membentuk perilaku remaja saat ini. Kehadiran media sosial membuat perubahan mendasar pada perilaku generasi Z dalam mengambil keputusan, bekerja, belajar dan berinteraksi. Ada beberapa perubahan yang secara konkrit dapat dilihat sebagai akibat dari perilaku  sosial media generasi Z. Pertama, generasi Z memiliki budaya asik sendiri. Generasi Z lebih senang menghabiskan waktu berseluncur di sosial media berinteraksi dengan teman-temannya ketimbang berkumpul bersama orang tua dan keluarga. Dengan media sosial, remaja generasi Z menciptakan ruang otonomnya sendiri untuk menghindari kontrol orang tua. Menguatnya budaya asik sendiri mencerminkan bahwa remaja sekarang cenderung mengarah pada individualisasi kehidupan berkeluarga. Ini yang kemudian membentuk sikap politik generasi Z yang akan lebih dipengaruhi oleh lingkaran perteman ketimbang keluarga. Kedua, lahir ditengahnya pesatnya arus informasi menjadikan generasi Z sebagai remaja yang serba tahu dan serba bisa. Segala sesuatu yang menarik bagi mereka dapat mereka peroleh melalui sosial media secara mandiri. Sehingga, sangat memungkinkan bahwa generasi ini akan memiliki wawasan politik yang lebih luas dibanding generasi pendahulunya akibat kemudahan mencari informasi.

Masa remaja adalah tahap pencarian identitas seorang individu. Masa remaja adalah masa dimana individu sedang mengalami kebingungan terhadap identitas, peran dan fungsi dirinya di masyarakat. Maka dari itu, remaja selalu ingin mencari tahu hal-hal tersebut untuk menjawab berbagai pertanyaannya. Hadirnya media sosial menjadi sarana remaja mengekplorasi jawaban yang mereka inginkan yang nantinya akan berkontribusi pada perkembangan kontruksi identitas mereka. Dalam proses pencarian jatidiri, remaja generasi Z cenderung terbuka dengan beragam informasi mengenai diri mereka di media sosial dan mengadaptasi identitas-identitas yang mereka teladani sebagai sosok panutan yang kebanyakan merupakan selebgram daripada harus berkiblat kepada selebritas televisi.

Di era media sosial pengelolaan akun merupakan kekuatan utama dalam mempromosikan, menginformasikan dan mengkomunikasikan sebuah gagasan. KPU RI selaku penyelenggara pemilu perlu memastikan anak muda juga mendapatkan akses publik terhadap informasi terkait pemilu .Hari ini, dapat dilihat bahwa KPU belum memanfaatkan potensi sosial media secara optimal. Padahal jika melihat bahwa sasaran utama pendidikan politik salah satunya adalah generasi muda, media sosial ada sarana yang paling tepat. Pendidikan politik yang akan dilakukan perlu mengacu pada program atau kegiatan yang biasanya membahas motivasi dan kesiapan generasi Z untuk berpartisipasi penuh dalam pemilu.

Selanjutnya, partai politik sebagai peserta pemilu sekaligus sebagai tempat bertumbuhnya kader-kader politik dan calon pemimpin negara, sangat perlu melakukan pendekatan, perekrutan, dan pengkaderan yang "berbeda" terhadap gen Z. Hal ini sejalan dengan perbedaan karakteristik generasi Z dengan generasi pendahulunya, dimana generasi Z akan lebih senang pada pendekatan yang tidak  mengikat mereka terlalu kuat secara ideologi. Melainkan membebaskan mereka untuk mengenal arti politik melalui program-program yang relevan dengan dirinya, sehingga mereka bisa menilai bahwa mengambil peran dalam politik adalah mengambil peran dalam melakukan perubahan skala besar bagi kesejahteraan masyarakat.

Komentar

Paling Banyak Dikunjungi

Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan

  Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan Oleh Ardyansyah Saputra Basri Selama beberapa tahun belakangan, saya terlibat aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan fakultas tempat saya mengenyam studi ilmu kesehatan masyarakat. Ada pahaman yang berkembang di kalangan anggotanya, yakni perihal keadilan. Keadilan diartikan sebagai sesuatu hal yang sesuai dengan kadar dan porsinya. Tapi apakah makna keadilan secara luas dapat diartikan seperti itu? jika ditelusuri, ternyata pahaman itu hadir dari hasil dialektika pada proses perubahan konstitusi. Kalau di Yunani Kuno, proses dialektika atau diskusi filosofis itu dilakukan di lyceum, di perkuliahan saya mendapatinya di mubes lembaga kemahasiswaan. Pada dasarnya berlembaga adalah aktivitas berpikir, kita berfilsafat di dalamnya, sejauh yang saya dapatkan. Proses dialektika atau diskusi filosofis ini sebenarnya merupakan metode untuk mendapatkan kebenaran atau pengetahuan. Pada setiap transisi periode kepe...

Merawat Telinga Kita

  Merawat Telinga Kita Oleh : Sabri Waktu kita terbatas, anggapan itu menjadi alasan manusia bertindak selalu ingin jauh   lebih cepat bahkan melupakan setiap proses yang dilalui dan orang-orang di sekitarnya. Melihat waktu sebagai sesuatu yang terbatas atau tanpa batas ditentukan oleh diri kita masing-masing. Kita memahami bahwa hidup kita berada di masa kini akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dihantui oleh masa lalu dan masa depan. Mendengarkan sesungguhnya merupakan salah satu cara kita menghargai waktu dengan orang-orang di sekitar kita, karena kehadiran seseorang dapat terasa tak ada jika apa yang ingin disampaikan tak didengarkan dengan baik. Maka kemampuan kita untuk mengabaikan sesam a akan terlatih. Apalagi berbagai kebiasaan yang ada saat ini mengajak kita untuk lupa akan pentingnya menciptakan sebuah kehadiran sejati dengan saling mendengarkan. Di antara kita, angkatan, ...

Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis

  Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis Oleh: Ardyansyah Saputra Basri Tanggal 1 Ramadhan 1443 H atau 3 April 2022 M, tepat pada jam 01.21 WITA suara ketukan palu sebanyak tiga kali berbunyi. Menandakan berakhirnya sidang penetapan program kerja pengurus HmI komisariat kesmas unhas cabang maktim periode 1443-1444 H/ 2022-2023 M. Ucapan syukur hamdalah menghiasi forum rapat kerja yang dilaksanakan secara daring via google meeting, yang berarti bahwa hal yang direncanakan kepengurusan telah dimulai selama kurang lebih satu tahun ke depan. Pada saat yang sama, notifikasi chat grup ramai silih berganti dari pengurus yang baru saja melaksanakan rapat kerja. Pertanyaan mengenai kapan rapat kerja selesai pun beralih menjadi penantian terhadap sahur yang nanti bagusnya makan apa, dengan siapa, dan jam berapa. Sahur pertama ini memang selalu menjadi persoalan, setidaknya dari yang apa saya amati di kultur Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak jarang, beberapa teman...