Langsung ke konten utama

Dinamika Politik Menuju Masa Depan Indonesia: Populisme dalam Hegemoni Masyarakat

Dinamika Politik Menuju Masa Depan Indonesia: Populisme dalam Hegemoni Masyarakat

Oleh : Alfina Widya Azizah Saiful

Politik berpengaruh sangat dominan dalam perjalanan sebuah bangsa dan negara. Dinamika politik yang positif dan konstruktif berdampak terhadap kemajuan bangsa dan negara. Dinamika politik yang negatif dan destruktif menjadikan suatu bangsa lemah dan mengalami kemunduran. Politik mempengaruhi berbagai hal dalam kehidupan bernegara, bahkan dapat mengubah tata dan sistem suatu negara. Negara demokrasi sejatinya harus membuka kran politik seluas mungkin untuk memastikan rakyat terlibat aktif dalam proses politik. Ruang partisipasi untuk masyarakat dalam kontestasi politik regional hingga nasional harusnya sangat terbuka.

Dalam kontestasi politik tentu diwarnai dengan berbagai dinamika, mulai dari proses pemilihan pejabat negara untuk menduduki pemerintahan hingga dinamika dalam menjalankan kekuasaan. Dalam hal tersebut, partai politik (parpol) menjadi aktor utama, sehingga dinamika yang sering menjadi sorotan adalah peran parpol dalam proses mendapatkan kekuasaan, mulai dari pembentukan koalisi hingga penentuan calon. Sebelum kontestasi politik dimulai, penentuan calon oleh parpol dalam pilkada atau pemilu selalu menjadi pembahasan penting, utamanya fenomena terjadinya politik dinasti, yakni munculnya calon yang berasal dari keluarga tokoh parpol. Disadari atau tidak, politik dinasti dalam tubuh parpol tumbuh berkembang dalam perpolitikan Indonesia.

Di tubuh partai politik di Indonesia tidak dapat dipungkiri adanya oligarki yang dapat mempengaruhi mekanisme pencalonan dan kandidasi sehingga tidak berjalan sebagaimana mestinya. pencalonan kandidat oleh partai politik seringkali seringkali berdasarkan keinginan elit partai politik, bukan berdasarkan kualitas dan integritas calon.

Dalam dunia perpolitikan saat ini, dapat dilihat isu terbaru yang diangkat dengan berbagai headline seperti 'Politik Dinasti' maupun 'Mahkamah Keluarga'. Hal ini disebabkan karena Gibran Rakabuming Raka yang notabene nya merupakan anak dari Presiden RI saat ini yakni Joko Widodo diusung untuk menjadi cawapres dari kandidat Prabowo. Berangkat dari isu tersebut, muncullah headline tadi.

Politik dinasti sejatinya bisa diterima dan tidak dipersoalkan selama dalam pelaksanaan sistem perekrutan dan pemilihan calon dalam kontestasi politik di Indonesia berjalan secara adil dan profesional. Namun, di Indonesia ditentang karena politik dinasti didasarkan pada asas kekerabatan, bukan atas dasar kapasitas dan kualitas yang dimiliki oleh calon. Sehingga hal itu dapat menjadi ancaman terhadap keberlangsungan pemerintahan dalam jangka menengah dan jangka panjang. Oleh karenanya, penentuan calon atau kandidat dalam kontestasi politik di Indonesia harus didasarkan pada sistem meritokrasi, yakni memberikan hak lebih kepada siapapun yang memiliki prestasi dan track record yang baik untuk menduduki kursi-kursi strategis dalam pemerintahan.

Selain dari permasalahan politik dinasti tersebut, masalah lain dalam perpolitikan di Indonesia saat ini adalah politik uang dalam pemilu 2024 mendatang. Politik uang kini merambah sampai pada penyelenggara Pemilu. Ini menjadi hal yang penting bagaimana melakukan pencegahan, penindakan, dan pemberian sanksi. Ini merupakan tantangan besar bagi seluruh stakeholder di tanah air, bagaimana membuat regulasi yang jelas sebagai salah satu syarat Pemilu yang demokratis. Tentu saja di dalamnya menyangkut bagaimana penindakan dan sanksi bagi pelaku politik uang. Politik uang jadi momok dan virus demokrasi, bahkan sebuah kejahatan luar biasa yang akan mengganggu proses demokrasi Indonesia. Masyarakat dipaksa memilih untuk kepentingan kandidat dengan memberikan atau menjanjikan iming-iming duit atau materi lainnya. Efek dari hal itu adalah politik Indonesia yang menjadi kacau karena pemainnya tidak dituntun oleh ide dan gagasan, sebab pemilihnya lebih tertarik dengan materi yang tidak seberapa dibandingkan dengan masa depan.

Dinamika dan permasalahan politik di Indonesia pun seperti fenomena gunung es, yang mana bagian yang nampak itu tidak seberapa parah dan besarnya dibandingkan dengan yang tidak nampak dipermukaan realitas sosial. Oleh karena itu, sebagai kaum intelektual seyogyanya membuka mata untuk terus meningkatkan pengetahuan terkait politik dan mengambil suatu tindakan ataupun sikap atas fenomena yang ada demi masa depan yang cemerlang.

Komentar

Paling Banyak Dikunjungi

Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan

  Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan Oleh Ardyansyah Saputra Basri Selama beberapa tahun belakangan, saya terlibat aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan fakultas tempat saya mengenyam studi ilmu kesehatan masyarakat. Ada pahaman yang berkembang di kalangan anggotanya, yakni perihal keadilan. Keadilan diartikan sebagai sesuatu hal yang sesuai dengan kadar dan porsinya. Tapi apakah makna keadilan secara luas dapat diartikan seperti itu? jika ditelusuri, ternyata pahaman itu hadir dari hasil dialektika pada proses perubahan konstitusi. Kalau di Yunani Kuno, proses dialektika atau diskusi filosofis itu dilakukan di lyceum, di perkuliahan saya mendapatinya di mubes lembaga kemahasiswaan. Pada dasarnya berlembaga adalah aktivitas berpikir, kita berfilsafat di dalamnya, sejauh yang saya dapatkan. Proses dialektika atau diskusi filosofis ini sebenarnya merupakan metode untuk mendapatkan kebenaran atau pengetahuan. Pada setiap transisi periode kepengur

Merawat Telinga Kita

  Merawat Telinga Kita Oleh : Sabri Waktu kita terbatas, anggapan itu menjadi alasan manusia bertindak selalu ingin jauh   lebih cepat bahkan melupakan setiap proses yang dilalui dan orang-orang di sekitarnya. Melihat waktu sebagai sesuatu yang terbatas atau tanpa batas ditentukan oleh diri kita masing-masing. Kita memahami bahwa hidup kita berada di masa kini akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dihantui oleh masa lalu dan masa depan. Mendengarkan sesungguhnya merupakan salah satu cara kita menghargai waktu dengan orang-orang di sekitar kita, karena kehadiran seseorang dapat terasa tak ada jika apa yang ingin disampaikan tak didengarkan dengan baik. Maka kemampuan kita untuk mengabaikan sesam a akan terlatih. Apalagi berbagai kebiasaan yang ada saat ini mengajak kita untuk lupa akan pentingnya menciptakan sebuah kehadiran sejati dengan saling mendengarkan. Di antara kita, angkatan, komisaria

Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis

  Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis Oleh: Ardyansyah Saputra Basri Tanggal 1 Ramadhan 1443 H atau 3 April 2022 M, tepat pada jam 01.21 WITA suara ketukan palu sebanyak tiga kali berbunyi. Menandakan berakhirnya sidang penetapan program kerja pengurus HmI komisariat kesmas unhas cabang maktim periode 1443-1444 H/ 2022-2023 M. Ucapan syukur hamdalah menghiasi forum rapat kerja yang dilaksanakan secara daring via google meeting, yang berarti bahwa hal yang direncanakan kepengurusan telah dimulai selama kurang lebih satu tahun ke depan. Pada saat yang sama, notifikasi chat grup ramai silih berganti dari pengurus yang baru saja melaksanakan rapat kerja. Pertanyaan mengenai kapan rapat kerja selesai pun beralih menjadi penantian terhadap sahur yang nanti bagusnya makan apa, dengan siapa, dan jam berapa. Sahur pertama ini memang selalu menjadi persoalan, setidaknya dari yang apa saya amati di kultur Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak jarang, beberapa teman yan