Press Release: Kelas Dialog Filsafat, Sains, dan Islam (DFSI) Tahun 2022
Manusia cenderung selalu ingin tahu pada kebenaran, hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Aristoteles bahwa “manusia adalah makhluk yang kepo”. Kecenderungan ini membawa manusia untuk selalu menggunakan akal budinya untuk menyingkap realitas. Dari proses berpikir secara mendasar ini pula sehingga melahirkan filsafat. Pada perkembangannya, filsafat terus melahirkan teori-teori dari hasil refleksi pemikiran filsuf yang dapat menjadi pegangan masyarakat, dan telah mengalami fase transisi pada setiap abadnya. Begitu pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan (sains).
Pada awal perkembangan sains di abad modern, sains justru dianggap satu-satunya proses belajar bagi manusia yang paling bernilai. Berkembangnya sains pada abad modern manusia juga menjadikan alam sebagai objek penelitian ilmiah yang menjadikan filsafat mengalami dikotomi dengan sains. Filsafat dijadikan lebih praktis, yaitu pada upaya manusia agar dapat menguasai lingkungan alam menggunakan berbagai penemuan ilmiah. Akhirnya perkembangan pemikiran filsafat mulai tertinggal, dan manusia menduduki tempat sentral dalam pandangan kehidupan (antroprosentris).
Berkembangnya sains, secara tidak langsung dimanfaatkan oleh beberapa manusia dalam memenuhi sifat pragmatis manusia untuk kepentingan pribadi atau golongan. Berbagai fenomena-fenomena kerusakan alam yang terjadi pada hari ini merupakan salah satu bentuk cara pandang baru dimana sains diletakkan pada posisi yang tidak terbatas. Ini juga yang menjadi kritik Cendekiawan Muslim asal Iran, Seyyed Hossein Nasr terhadap sains modern bahwa, “to be modern is to destroy nature”.
Manusia melalui cara pandang antroposentris memiliki kecenderungan untuk mendominasi alam. Teknologi juga turut hadir dalam mendukung proses penelitian ilmiah yang dilakukan para ilmuan. Sains dan teknologi menantang dan menaklukkan segala yang ditemuinya dalam pengalaman seperti alam. Akhirnya alam bukan lagi menjadi sesuatu yang bisa dinikmati keindahannya, pesonanya, dan diambil manfaatnya untuk kemakmuran manusia, tapi justru dinilai sebagai benda mati yang memang diciptakan untuk dieksploitasi. Karena itu, persoalan yang diakibatkan sains dalam Post-Modernisme semakin hari semakin kompleks. Akan terus terjadi kecemasan jika dalam tataran aksiologisnya sains tidak menunjukkan kemanfaatan bagi manusia.
Sains dengan sendirinya juga mulai menggantikan peran-peran yang disakralkan selama ini, yakni “Tuhan”. Sains maju dengan sangat pesat, namun agama mulai tersingkir. Agama sebagai tumpuan dasar pembentukan norma-norma manusia telah terdegradasi dari kehidupan dan perkembangannya.
Pada perkembangan teknologi dan sains, atau yang dikenal dengan revolusi industri, para ilmuwan juga sedang berusaha mengembangkan Artificial Intelegent (kecerdasan buatan), dimana peran manusia di berbagai sektor akan digantikan oleh komputer. Watak sains terlebih di era Post-Modernisme yang empiris, sistematis, dan rasional ini, diakui tidak sedikit telah melahirkan krisis nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga sekiranya penting untuk mendudukkan posisi Filsafat, Sains, dan Agama.
Kegiatan Kelas Dialog, Filsafat, Sains, dan Agama (DFSI) Tahun 2022 telah terlaksana dari tanggal 11 November - 13 Desember 2022 dengan rincian sebagai berikut:
- Pengantar Filsafat (Pemateri oleh Muhammad Farhan Ghibran, Mahasiswa Filsafat dan Aqidah Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 11 November 2022, daring via zoom meeting);
- Pengantar Sains (Pemateri oleh Dr. Nur Abdillah Siddiq, Dosen DTNTF UGM yang juga Founder warstek.com, pada tanggal 12 November 2022, daring via zoom meeting) Link Youtube
- Pengantar Keislaman (Pemateri oleh Muhammad Fahresi Kamirullah, S.KM., Demisioner Direktur LKMI HmI Cabang Maktim, pada tanggal 17 November 2022, daring via google meeting)
- Pengantar Filsafat Plato dan Aristoteles (Pemateri oleh Muhammad Farhan Ghibran, Mahasiswa Filsafat dan Aqidah Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada tanggal 19 November 2022, daring via zoom meeting)
- Pengantar Filsafat Islam (Pemateri oleh Rahmatullah Usman, Pengajar di JAKFI Nusantara, pada 20 November 2022, luring di K.105 FKM Unhas)
- Materialisme Historis Dominasi terhadap Perempuan (Tidak terlaksana)
- Positivisme Logis dan Gagasan Ludwig Wittgenstein Mengenai Bahasa (Pemateri oleh Yohanes Wahyu Prasetyo, Ketua Bidang Animasi JPIC-OFM Indonesia, Magister Filsafat STF Driyarkara Jakarta, pada tanggal 23 November 2022 daring via zoom meeting) Link Youtube
- Modernitas dan Post-Modernitas (Pemateri oleh Ratna Jannatin, S.KM., Demisioner Menteri Kastrad BEM FKM Unhas, pada tanggal 29-30 November 2022, daring via zoom meeting) Link Youtube
- Filsafat, Sains, dan Agama; Mencintai Kontradiksi (Pemateri oleh Dr. der. Phil. Reza A. A. Wattimena, Founder Rumah Filsafat, Filsuf Indonesia, pada tanggal 27 November 2022 daring via zoom meeting) Link Youtube
- Sains dan Kapitalisme (Pemateri oleh Aryangga Pratama, S.KM., Demisioner Presiden BEM FKM Unhas, pada tanggal 3 Desember 2022 luring di FKM Unhas)
- Agraria dan Kapitalisme (Pemateri oleh Muh. Arif, Ketua Umum HmI Komisariat Pertanian Unhas, pada tanggal 4 Desember 2022 luring di FKM Unhas)
- Sains Sakral Seyyed Hossein Nasr; Kritik terhadap Sains Modern (Pemateri oleh Dr. Aan Rukmana, Dosen Universitas Paramadina, pada tanggal 10 Desember 2022 daring via zoom meeting) Link Youtube
- Islam Transformatif (Pemateri oleh Rahmat Hidayat, Ketua Umum HmI Komisariat Ekonomi Unhas, pada tanggal 13 Desember 2022 luring di FKM Unhas)
Salah satu pemateri, Dr. Aan Rukmana memberi tanggapan dan harapan tentang Kelas DFSI Tahun 2022 ini, "Tentu saya berbahagia dapat berbagi pemikiran dengan adik-adik di HmI. Bagi Saya, seperti sedang melanjutkan apa yang dirintis oleh Cak Nur, Intelektualisme HmI, bahwa menjadi aktivis harus kuat juga sisi intelektualitasnya. Jangan pernah merasa puas hanya karena sudah 'aktif' agar terbebas dari penyakit 'aktivisme'. Menjadi aktivis sekaligus juga bersiap diri menjadi pemikir yang berjarak dari kehidupan masyarakat sehari-hari agar dapat memiliki kejernihan berpikir".
Adapun tanggapan seputar tiga tema besar (Filsafat, Sains, dan Agama/Islam) yang diangkat pada Kelas DFSI ini yaitu dari Dr. der. Phil. Reza A. A. Wattimena bisa diakses di Youtube dan Tulisan Rumah Filsafat. Ketiga tema ini oleh Beliau diberikan nama dengan "Trias Sapientia" atau tiga kebijaksanaan yang meski saling kontradiksi tapi saling menguatkan satu-sama lain.
Sesuai dengan misi kepengurusan yang dibawa oleh Ardyansyah Saputra Basri, selaku Ketua HmI Komisariat Kesmas Unhas Cabang Maktim Periode 1443-1444 Hijriah, yakni "peningkatan kapasitas Kader melalui ruang-ruang belajar" sehingga kelas DFSI ini dihadirkan dengan mengangkat tiga tema besar yaitu Filsafat, Sains, dan Islam. Tiga tema besar ini merupakan kerangka keilmuan yang diharapkan dapat menjadikan Kader HmI Komisariat Kesmas Unhas Cabang Maktim memiliki kedalaman berpikir, analisis yang kuat, referensi yang bisa dipertanggungjawabkan, gagasan yang orisinil, serta berpemikiran terbuka.
#HmITempatBelajar #ReinventingKohati #YakinUsahaSampai #BahagiaHmI #JayalahKohati
Komentar
Posting Komentar