Para Pencari Kebenaran
Oleh: Moamar Khadafy
Kebenaran
menurut KBBI merupakan persesuaian antara pengetahuan dan objek, dapat
diartikan juga sebagai suatu pendapat atau perbuatan seseorang yang sesua
dengan orang lain dan tidak merugikan orang lain. Membahas terkait kebenaran
akan sangat dekat kepada manusia karena, karena manusia adalah makhluk yang
menjadikan kebenaran sebagai tolak ukurnya dalam menjalankan sesuatu. Manusia
sebagai mahkluk yang mempunyai akal akan selalu memberikan indikator dalam
berbagai hal.
Berlatar
belakang dari sifat manusia yang disebutkan sebelumnya, manusia juga rupanya
memberikan indikator pada kebenaran. Beberapa diantaranya seperti, manusia bisa
saja akan mengedepankan estetika dalam memandang kebenaran, seperti ada saja
yang memandang bahwa mawar itu benar-benar indah karena menilai dari jauh mawar
tersebut akan tetapi bisa saja bagi orang lain tak berlaku demikian. Hal lain
seperti manusia memandang kebenaran dari pengalaman empirikal juga dapat
terjadi seperti, bisa saja ada manusia yang memandang seseorang benar berlandaskan
pengalaman empirikal dari seseorang tersebut. Pertanyaannya adalah apakah kita
harus memandang kebenaran dari sisi manusia saja? Bisa iya bisa tidak, itu
tergantung ruang dan waktu yang terjadi pada kondisi tersebut. Sebagai manusia
kita tak terlepas dari yang namanya Habluminallah dan Habluminannas, dari segi hubungan
kita terhadap Tuhan kita juga dapat meletakkan indikator kebenaran hakiki dari
apa yang di turunkan-Nya yang tertuang dalam kitab-Nya.
Lantas bagaimana mencari kebenaran
itu sendiri? Menggunakan epistemologi dalam mencari kebenaran menurut saya
dapat menjadi solusi, dan yang penulis maksud adalah metode Al-ta‟wil al-ilmi
yang dikemukakan oleh M. Amin Abdullah dengan menggunakan integrasi metode
bayani, irfani, dan burhani. Metode bayani yang terjelaskan adalah bagaiamana
metode bayani bekerja mencari kebenaran dengan menafsirkan teks. Menggunakan
empirikan teks dapat dipahami dan dapat ditafsirkan bagi manusia itu sendiri.
Sedangkan metode irfani penekanannya yaitu pada hakikat Tuhan itu sendiri yang
berlandaskan pengalaman metafisik atau intuisi manusia yang sejalan dengan
logika.
Karakter dari manusia yang dikemukakan oleh Al-Ghazali
menyatakan bahwa manusia tersusun atas jasad dan jiwa. Hati pada manusia
menjadikannya manusia karena hati merupakan tempat kehendak serta ilmu atas
manusia itu sendiri. Ilmu kebenaran yang betul-betul tersampaikan kepada hati
manusia dapat manusia implementasikan bahkan sampai di akhir khayat
manusia itu sendiri. Maka dari itu
penulis menyimpulkan memaknai kebenaran yang dilakukan manusia ditentukan oleh
bagaimana manusia membawa dirinya (hatinya) ke ranah penyucian jiwa agar ia
dapat memahami kebenaran hakiki. Saat setelah menusia sampai kepada kebenaran
hakiki yang dimaksud maka saat itulah kebenaran akan sampai kepada tujuannya
yaitu sebagaimana kebenaran hadir untuk mensejahterahkan serta mendamaikan
manusia kejalan yang sesuai kehendak Tuhan.
Komentar
Posting Komentar