Keislaman HmI
oleh: Siti Sarah Dwi Maudika Lestari
Secara
etimologis, Islam berasal dari kata salima yang berarti selamat, sentosa,
damai, tunduk, dan berserah. Kata salima kemudian berubah dengan wazan aslama
yang berarti kepatuhan, ketundukan, dan berserah. Jadi, seorang muslim itu harus
patuh, tunduk dan berserah diri pada Tuhan Yang Maha Esa. Selain itu Islam juga
berarti selamat dan menyelamatkan, serta damai dan mendamaikan. Sedang secara
terminologis, Islam merupakan agama yang ajarannya diwahyukan Allah kepada
manusia melalui nabi Muhammad sebagai rasul (Nasution, 1993: 9). Wawasan
keislaman penting karena ia merupakan landasan pokok yang selanjutnya akan
menjadi sumber sekaligus spirit dalam menjalankan dan mengembangkan organisasi
dakwah. Sebagai sebuah agama, Islam diyakini mengandung berbagai petunjuk ideal
bagi kesejahteraan hidup manusia sebagaimana terdapat dalam sumber ajarannya,
al-Qur’an dan al-Hadits. Seperti yang dikatakan oleh Rahman (1987:49), sesuai
dengan al-Qur’an bahwa Islam itu sarat dengan ajaran moral yang menekankan pada
monoteisme dan kesejahteraan sosial.
Masih
dalam definisi Islam, Fauz Noor (2012: 157) menjelaskan bahwa kata Islam oleh
ulama ekslusif diterjemahkan sebagai satu lembaga yang bernama Islam. Padahal,
kata Islam dalam al-Qur’an surat Ali Imron ayat 85 “Barangsiapa mencari agama
selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama
itu)daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi”, semestinya
dipandang secara substansial. Seperti dijelaskan oleh imam Raghib al-Isfahani,
Islam itu ada dua macam; 1) Islam di bawah iman, yaitu hanya mengakui dengan
lisan saja; 2) Islam di atas iman, yaitu bersamaan dengan pengakuan lisan, juga
dalam hati, dan diamalkan dalam perbuatan dengan penyerahan diri kepada Tuhan
dalam segala hal yang telah dia tetapkan dan tentukan. Rasanya tidak mungkin
jika Islam yang dimaksud dalam surat Ali Imron ayat 85 itu sebatas Islam di
bahwah iman saja. Tentu Islam yang dimaksud adalah Islam di atas iman. Misi
kedatangan islam bermula ketika agama-agama sebelumnya tidak mampu lagi
menjawab kebutuhan manusia akan aktualisasi kebutuhan spiritual terhadap
kekuatan ghoib. Islam hadir dengan menawarkan konsep-konsep penyempurnaan
terhadap agama sebelumnya, sehingga Islam agama paling sempurna. Selanjutnya agama
Islam adalah satu-satunya agama yang datang dari Allah sebagai agama
penyempurna dari agama-agama yang dibawah oleh para nabi dan rasul. Dan ruang
lingkup agama Islam terdiri dari akidah, syariah, dan akhlak.
Fluktuasi
dinamika kader HMI hingga puluhan tahun menjadi warna dalam perjuangan
eksistensi menghadapi liku-liku perkaderan organisasi dengan tantangan dan
problematika yang beragam. Berbagai persoalan dalam Himpunan diantaranya
Penerapan Keislaman kader hmi dan Fanatisme suatu Ormas Islam tertentu.
Paradigma yang keliru oleh mahasiswa pada umumnya yang menganggap HMI itu Milik
Ormas tertentu atau sebut saja Muhamadiyyah” bahkan tak jarang yang beranggapan
bahwa HMI itu “Sesat” “Komunis” “Rasis” Padahal kenyataannya HMI adalah sebuah
pendidikan untuk mahasiswa Islam dalam mewujudkan perubahan. Sebagai Insan
Akademis yang bernafaskan Islam kader HMI dididik memiliki kemauan untuk saling
mendengarkan tanpa mengorbankan prinsip-prinsip agama. Kader HMI harus bisa
melepaskan kebencian historis mereka dan bersama-sama terlibat dalam
mengadvokasi nilai-nilai dasar yang dianut oleh agama Islam. Kader HMI harus
bisa mengaplikasikan ilmunya sekaligus menumbuhkan toleransi beragama yang
merupakan tujuan utama dalam menumbuhkan aura toleransi beragama dan pluralitas
dalam Masyarakat (Azizatussoliha, 2021).
Mencari kebenaran tentang Tuhan ternyata tidak dapat diperoleh manusia melalui pikiran semata-mata, kecuali diperoleh dari Tuhan sendiri. Artinya informasi tentang Tuhan dinyatakan oleh Tuhan sendiri, atau dengan kata lain, informasi tentang Tuhan diberitahukan sendiri bukan dipikirkan oleh manusia, sehingga dengan demikian informasi itu akan dapat diyakinkan kebenarannya. Informasi tentang Tuhan yang datang dari Tuhan sendiri adalah suatu kebenaran mutlak, karena datang dari Tuhan sendiri. Akan tetapi, cara mengetahuinya tidak dapat diberikan Tuhan kepada setiap orang walaupun manusia menghendakinya langsung dari Allah. Hal ini dilukiskan dalam firman Allah:“Dan orang-orang yang tidak mengetahui berkata: Mengapa Allah tidak langsung berbicara kepada kami atau datang tanda-tanda kekuasaan–Nya kepada kami? Demikian pula orang-orang yang sebelum mereka telah mengatakan seperti ucapan mereka itu, hati mereka serupa. Sesungguhnya Kami telah menjelaskan tanda- tanda kekuasaan Kami kepada kaum yang yakin.’’(QS. Al-Baqarah [2]: 118). Informasi itu hanya diberikan kepada orang yang dipilih Tuhan sendiri, seperti difirmankan–Nya: “Dan tidak ada bagi seorang manusia pun bahwa Allah barkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizin–Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana.’’(QS. Asy-Syura [42]: 51).
Sumber:
Sumadi, E. (2016). Keislaman dan Kebangsaan: Modal Dasar
Pengembangan Organisasi Dakwah. TADBIR: Jurnal Manajemen Dakwah, 1(1).
Azizatussoliha, Yunda. (2021). Aktualisasi Fenomena
Nilai-Nilai Keislaman HMI dalam Merevitalisasi Pemahaman Moderasi. Karna.id
(https://karna.id/aktualisasi-fenomena-nilai-nilai-keislaman-hmi-dalam-merevitalisasi-pemahaman-moderasi/).
Ridwan, M. WAWASAN KEISLAMAN: Penguatan Diskursus Keislaman Kontemporer. Zahir Publishing
Komentar
Posting Komentar