Langsung ke konten utama

Terbangun Untuk Membangun

 Terbangun Untuk Membangun

Oleh: Nanang Kurniawan

    Membangun konstruk gerakan pada era yang sekarang nyatanya tak segampang membalikkan telapak tangan. Konstruk pewacanaan gerakan yang kerap kali masih disentuh oleh orang-orang yang tak searah dengan gerakan yang dilakukan dengan tujuan ideal pada awalnya masih saja ada. Intervensi terhadap gerakan mahasiswa yang ada sekarang tentunya pernah dialami oleh pendahulu pergerakan di era sebelum reformasi. Menilik kembali berbagai kejadian yang bahkan sampai membuat aktivis pergerakan sampai hilang atau bahkan meninggal saat mencoba memperjuangkan wacana yang dibangunnya juga menjadi tantangan yang cukup deras pada saat sekarang. Himpunan mahasiswa Islam (HmI) menjadi salah satu organisasi juga telah melewati banyaknya peristiwa sejarah pergerakan mahasiswa di era dulu baik sebagai pelaku sejarah ataupun menyaksikannya. Seiring perkembangan zaman HmI memperluas sayap pergerakan tak hanya di Indonesia akan tetapi membentuk himpunannya diluar Indonesia juga.

    Pandangan Konstruk pewacanaan gerakan yang kerap kali masih disentuh oleh orang-orang yang tak searah dengan gerakan yang dilakukan dengan tujuan ideal pada awalnya masih saja ada. Intervensi terhadap gerakan mahasiswa yang ada sekarang tentunya pernah dialami oleh pendahulu pergerakan di era sebelum reformasi. Menilik kembali berbagai kejadian yang bahkan sampai membuat aktivis pergerakan sampai hilang atau bahkan meninggal saat mencoba memperjuangkan wacana yang dibangunnya juga menjadi tantangan yang cukup deras pada saat sekarang. Himpunan mahasiswa islam (HmI) menjadi salah satu organisasi juga telah melewati banyaknya peristiwa sejarah pergerakan mahasiswa di era dulu baik sebagai pelaku sejarah ataupun menyaksikannya. Seiring perkembangan zaman HmI memperluas sayap pergerakan tak hanya di Indonesia akan tetapi membentuk himpunannya diluar Indonesia juga.

    Tujuan HmI untuk membina 5 kualitas insan cita diantaranya “Insan Akademis, Insan Pencipta, Insan Pengabdi, Insan yang bernafaskan Islam dan insan yang bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT” maka atas dasar itulah kita harus senantiasa yakin dengan organisasi HmI. Membangun pemikiran rasional dan objektif, tanggap menyelesaikan persoalan, pemberi manfaat, menjadikan islam sebagai pedoman hidup, serta bertanggung jawab atas ilmu yang dimiliki tertuang dalam makna 5 kualitas insan cita tersebut. Maka dari itu mari tetap menjadikan HmI sebagai wadah berhimpun untuk membangun intelektualitas diri menyikapi problematika yang ada tanpa menghilangkan esensi dari pergerakan itu sendiri. Sejatinya tak ada jalan yang benar-benar lurus melainkan kita melangkah dan senantiasa berikhtiar kepada-Nya.

Komentar

Paling Banyak Dikunjungi

Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan

  Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan Oleh Ardyansyah Saputra Basri Selama beberapa tahun belakangan, saya terlibat aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan fakultas tempat saya mengenyam studi ilmu kesehatan masyarakat. Ada pahaman yang berkembang di kalangan anggotanya, yakni perihal keadilan. Keadilan diartikan sebagai sesuatu hal yang sesuai dengan kadar dan porsinya. Tapi apakah makna keadilan secara luas dapat diartikan seperti itu? jika ditelusuri, ternyata pahaman itu hadir dari hasil dialektika pada proses perubahan konstitusi. Kalau di Yunani Kuno, proses dialektika atau diskusi filosofis itu dilakukan di lyceum, di perkuliahan saya mendapatinya di mubes lembaga kemahasiswaan. Pada dasarnya berlembaga adalah aktivitas berpikir, kita berfilsafat di dalamnya, sejauh yang saya dapatkan. Proses dialektika atau diskusi filosofis ini sebenarnya merupakan metode untuk mendapatkan kebenaran atau pengetahuan. Pada setiap transisi periode kepengur

Merawat Telinga Kita

  Merawat Telinga Kita Oleh : Sabri Waktu kita terbatas, anggapan itu menjadi alasan manusia bertindak selalu ingin jauh   lebih cepat bahkan melupakan setiap proses yang dilalui dan orang-orang di sekitarnya. Melihat waktu sebagai sesuatu yang terbatas atau tanpa batas ditentukan oleh diri kita masing-masing. Kita memahami bahwa hidup kita berada di masa kini akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dihantui oleh masa lalu dan masa depan. Mendengarkan sesungguhnya merupakan salah satu cara kita menghargai waktu dengan orang-orang di sekitar kita, karena kehadiran seseorang dapat terasa tak ada jika apa yang ingin disampaikan tak didengarkan dengan baik. Maka kemampuan kita untuk mengabaikan sesam a akan terlatih. Apalagi berbagai kebiasaan yang ada saat ini mengajak kita untuk lupa akan pentingnya menciptakan sebuah kehadiran sejati dengan saling mendengarkan. Di antara kita, angkatan, komisaria

Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis

  Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis Oleh: Ardyansyah Saputra Basri Tanggal 1 Ramadhan 1443 H atau 3 April 2022 M, tepat pada jam 01.21 WITA suara ketukan palu sebanyak tiga kali berbunyi. Menandakan berakhirnya sidang penetapan program kerja pengurus HmI komisariat kesmas unhas cabang maktim periode 1443-1444 H/ 2022-2023 M. Ucapan syukur hamdalah menghiasi forum rapat kerja yang dilaksanakan secara daring via google meeting, yang berarti bahwa hal yang direncanakan kepengurusan telah dimulai selama kurang lebih satu tahun ke depan. Pada saat yang sama, notifikasi chat grup ramai silih berganti dari pengurus yang baru saja melaksanakan rapat kerja. Pertanyaan mengenai kapan rapat kerja selesai pun beralih menjadi penantian terhadap sahur yang nanti bagusnya makan apa, dengan siapa, dan jam berapa. Sahur pertama ini memang selalu menjadi persoalan, setidaknya dari yang apa saya amati di kultur Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak jarang, beberapa teman yan