MASTER PLAN KETUA KOHATI
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM KOMISARIAT KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS HASANUDDIN
CABANG MAKASSAR TIMUR PERIODE 1443-1444 H
NURUL IZZAH
CURRICULUM VITAE
Nama Lengkap : Nurul
Izzah Nama Panggilan :
Nuriz
TTl : Makassar, 27 April 2001
Alamat : BTN Minasa Upa Blok AB
9 No. 27, Makassar, Sulawesi Selatan Riwayat Pendidikan : SDN Kompleks IKIP
Makassar
SMPN 3
Makassar
SMA Ummul Mukminin
Riwayat Organisasi :
HMI Komisariat Kesmas Unhas Cabang Makassar Timur Kohati Komisariat Kesmas Unhas Cabang Makassar Timur BEM FKM UNHAS
Riwayat Pengkaderan: Basic Training HMI Kom. Kesmas Unhas Cabang Makassar Timur
Intermediate Training HMI Cabang Yogyakarta
LKK Cabang Makassar Timur
Sekolah Instruktur 3 BPL HMI Cabang Makassar Timur
BSLT FKM UNHAS
ISLT FKM UNHAS BTOPH ISMKMI
Bismillahirrahmanirrahim
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Dewasa
ini, mahasiswa yang mempunyai peran penting sebagai
generasi muda bangsa
yang kedepannya merupakan
calon-calon penerus bangsa Indonesia masih kurang akan kesadaran
terkait dengan masalah yang ada hari ini. Disruspi teknologi dan perkembangan dunia pada hari ini yang menjadi tantangan
khususnya bagi generasi muda. Peran mahasiswa
sebagai kaum muda yang diharapkan mampu menjadi penggerak
sosial yang dapat membawa perubahan sosial dan masyarakat. Selain itu, pandemi
yang saat ini masih menjadi
permasalahan global yang membawa perbedaan kehidupan normal juga
merupakan suatu tantangan bagi kaum
muda khususnya mahasiswa apalagi saat
ini, generasi muda masih terlena
dengan keadaan pandemi. Seakan-akan masalah yang telah digaung-gaung kan pada hari kemarin sudah tidak menjadi
permasalahan. Padahal sebenarnya dibuat terlena oleh keadaan pandemi ini.
Idealnya mahasiswa harus tetap dapat terlibat
mengambil peran dalam setiap persoalan yang terjadi hari ini sehingga
paham atas masalah yang terjadi dan bisa solutif bagi masyarakat. Untuk mencapai harapan tersebut, mahasiswa tidak
hanya mendalami disiplin ilmu tetapi juga memiliki
hubungan-hubungan sosial bersama
mahasiswa lain dalam hal mengatasi permasalahan yang terjadi di era
disrupsi ini. Memiliki literasi yang cukup dan juga pengalaman-pengalaman yang tidak bisa didapatkan di bangku
perkuliahan menjadi salah satu bekal
bagi mahasiswa dalam menghadapi hal ini. Tak hanya kecerdasan intelektualitas, seiring dengan semakin pesatnya
perkembangan teknologi tetapi juga harus sejalan dengan kecerdasan spiritual
yang baik.
Himpunan Mahasiswa Islam (HmI) sebagai salah satu organisasi di lingkup mahasiswa dalam hal ini hadir sebagai wadah yang independen dalam menjawab tantangan umat serta permasalahan kebangsaan. Dimana tujuan dari organisasi ini yaitu Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT. Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan menjadi lima kualitas insan yang diharapkan menjadi penerus generasi bangsa Indonesia. Di dalam organisasi ini, terdapat juga organisasi semi otonom yaitu Korps HmI-Wati atau Kohati. Secara umum, kohati merupakan badan integral yang tak bisa dipisahkan dalam pencapaian tujuan HmI. Eksistensi Kohati sebagai laboratorium hidup yang mewujudkan HmI-wati berkualitas untuk menghadapi masa depan cemerlang dimana HmI-wati dituntut untuk memiliki kualitas bagi suaminya, ibu bagi anaknya kelak serta kualitas terbaik sebagai anggota masyarakat.
“Perempuan
adalah tiang Negara, bila kaum perempuannya baik (berakhlakul karimah) maka negaranya baik dan bila perempuannya
rusak (mazmumah) maka rusaklah negaranya (Sya’ir
Arab)”. Berdasarkan kutipan tersebut menjadikan perempuan
dalam hal ini memiliki peran yang penting dalam rangka mewujudkan Negara yang kokoh.
Hal ini juga berarti setiap
gender termasuk perempuan harus paham terkait persoalan sosial dan
segala ketimpangan yang terjadi
di suatu Negara.
Namun, memang faktanya
perempuan masih terbelenggu dengan nilai-nilai budaya patriarki. Memposisikan perempuan menjadi suatu objek diskriminasi merupakan suatu hal
realistis yang masih momok besar
saat ini.
Persoalan mengenai perempuan dalam islam merupakan suatu hal terpenting untuk dipahami dan menghidupkan kembali wawasan islam tentang perempuan. Jika memandang tentang kedudukan perempuan dalam dunia islam dibandingkan dengan pandangan perempuan budaya Barat yang biasa di kenal dengan istilah Feminisme memiliki suatu perbedaan analisis terkait bagaimana posisi perempuan sekarang. Melihat kacamata masyarakat bahwa perempuan dalam budaya Barat yang lebih dikenal sebagai women liberation yakni upaya kaum Hawa dalam melindungi dirinya dari eksploitasi kaum Adam menjadi suatu pergerakan yang tidak memiliki suatu moral, hanya dengan melihat tingkah laku para pejuang feminis yang sering tertampakkan di media umum khususnya film dan media sosial. Sama halnya pandangan orang Barat melihat Islam terkait posisi perempuan bahwa islam membuat posisi perempuan di bawah standar kemanusiaan yang adil (dan beradab). Sayangnya juga cara pandang orang Barat kemudian digunakan pula dalam melihat masyarakat islam, tanpa memperhatikan apa sesungguhnya ajaran islam itu sendiri tentang perempuan, dan apa pula lingkungan sejarah dan budaya yang membentuknya menjadi keadaan seperti sekarang ini.
Dari
hal tersebut, kita dapat pikirkan
sebenarnya apa yang menjadi tolak ukur perjuangan islam dan feminisme yang
merupakan suatu hal yang berdekatan; menyeratakan manusia, menghargai perbedaan, melawan penindasan, dan hal-hal
baik lainnya. Lemahnya pembacaan dan penceritaan ulang sejarah pada tokoh-tokoh perempuan
terutama perempuan islam,
seakan membuat intrepretasi perjuangan perempuan seakan
abu-abu.
Penafsiran yang merugikan perempuan
akibat pengaruh budaya patriarki dan adat tradisi
yang tidak ramah gender, kepemimpinan perempuan, kejatuhan Adam dan Hawa menimbulkan stigma bahwa perempuan itu penggoda dan beberapa hal yang membuat perempuan menjadi terpinggirkan dan
menjadi subordinat pada berbagai aspek kehidupan. Banyak hal yang justru diajarkan
dalam islam salah satunya menghilangkan penindasan perempuan dari isu
pernikahan, poligami, eksploitasi, dan lain sebagainya.
Pergerakan perempuan hingga ke akar
rumput mulai mendominasi gerakan-gerakan komunitas perempuan
di Indonesia. Perempuan
memiliki hak atas posisi mereka,
tubuh mereka, kebebasan
mereka, dan pendidikan mereka. Pemahaman konstruk yang terbangun perlu kita ubah dengan memberikan ruang
diskusi sekaligus melibatkan setiap gender untuk turut andil dalam pembahasan tersebut.
Pembahasan terkait isu keperempuanan
yang marak di Indonesia yakni isu kekerasan seksual
mulai dari kekerasan dalam institusi pendidikan, buruh pabrik perempuan,
kekerasan dalam pernikahan dan dari
permasalahan tersebut para aktivis perempuan Indonesia saat ini sedang memperjuangkan RUU TPKS yang dimana pada 18 Januari
2022 menjadikan RUU TPKS sebagai RUU Inisiatif DPR hingga sekarang
masih menimbulkan kontroversi di kalangan aktivis
perempuan dan berakhir
juga pada pengawalan PERMENDIKBUD dalam ranah institusi pendidikan.
Permasalahan yang selalu dialami oleh perempuan tentunya butuh suatu kesadaran dan pergerakan untuk mengubah budaya yang sudah dinormalisasikan oleh kalangan masyarakat. Kita dapat lihat dari salah satu sejarah pergerakan perempuan di Indonesia yakni pada Gerakan Wanita Indonesia Sedar (Gerwis) di mana bulan maret 1945, Gerwis mengadakan kongres kedua di Jakarta dengan 80.000 anggota hingga memiliki 203 cabang. Gerwis dapat memiliki 80.000 orang anggota melalui pendidikan buta huruf. Alumninya pun turun ke desa-desa untuk memberikan kursus membaca menulis.
Dalam konstitusi Gerwani disebutkan
bahwa ia terbuka untuk perempuan berusia 16 tahun
untuk bergabung. Sebagai anggota ia pun tak boleh berpihak pada satu partai
politik. Program-program Gerwani
juga mengacu pada pembinaan kader dan masalah-masalah organisasi dan pendidikan. Ia juga menciptakan metode pendidikan kader yang lebih sistematis. Gerwani
juga mewajibkan setiap kadernya mempelajari sejarah gerakan pergerakan nasional Indonesia, sejarah
pergerakan wanita Indonesia dan internasional, serta masalah organisasi dan pengembangan Gerwani.
Masih
banyak lagi yang bisa kita lihat dari Gerwani ini, bahwa di era ini kita bisa melihat bagaimana perempuan melebarkan sayapnya
dan turun hingga
ke desa-desa untuk membawa ideologis mereka yang menjadi
bentukan agensi perempuan
sekarang. Dengan cara sederhana ini mulai dari pendekatan terkait
permasalahan perempuan di sekitar yang membuat gerakan
perempuan dapat tetap masif dan tetap bergerak hingga
ke akar rumput.
Kondisi Internal
Kohati yang memiliki peran sebagai
pembina dan pendidik muslimah pada umumnya dan
HmI-Wati pada khususnya untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai
ke-islaman dan ke-indonesiaan. Kohati tentunya dapat menjadi suatu organisasi mahasiswi
yang menghimpun pergerakan
perempuan di Indonesia dengan tetap mengembangkan nilai-nilai ke-islaman. Membina dan mendidik
para kader Kohati untuk turut andil dalam setiap perkembangan isu keperempuanan di Indonesia dan ikut terlibat
dalam setiap gerakan-
gerakan perempuan.
Dalam mewujudkan hal tersebut, dibutuhkan kader Kohati transformatif dimana dilihat dari kondisi sekarang Kohati komisariat Kesehatan Masyarakat memiliki kader yang kurang berkonstribusi dalam setiap kegiatan Kohati Komisariat Kesehatan Masyarakat, menjadikan Kohati Komisariat Kesehatan Masyarakat mengalami penurunan minat dalam partisipasi kader untuk mengetahui bakat dan minat para kader di Kohati yang menjadi suatu wadah pembinaan para HmI-Wati.
Seorang kader HmI-Wati dituntut untuk
unggul dalam segi intelektual dan mumpuni dalam segi penguasaan displin ilmu yang digelutinya. Selain
memiliki intelektual cerdas
namun juga mencetak kader
professional. Sikap professional ini mengartikan bahwa kader HmI-Wati memiliki kompetensi dalam suatu pekerjaan
dan mampu menguasai ilmu pengetahuannya secara mendalam.
Kader HmI-Wati harus mampu melakukan
kreatifitas dan inovasi
atas bidang yang gelutinya serta harus berpikir
positif dengan menjunjung tinggi etika dan integritas
profesi sehingga menjawab tantangan zaman
dan kebutuhan dunia kerja.
Realitas yang hadir saat ini jelas
sudah berubah dari kondisi ideal kohati. Pada kondisi internal, ruang-ruang berdiskusi bahkan untuk sekedar
menyapa belum terlalu
massif dilakukan. Bahkan ruang-ruang keislaman sudah sangat
jarang ditemukan di tubuh hijau hitam. Hal ini menyebabkan kader kohati semakin
kurang tertarik bahkan
jarang muncul hanya
untuk sekedar menyapa satu sama lain antar kader. Selain
itu, kader kohati
saat ini tidak
terlalu mengetahui bagaimana kohati itu sendiri
dan apa tujuan ideal yang ingin dicapai.
Kader kohati tidak mengenal identitas diri mereka
sebagai kader kohati dimana hal ini merupakan hal yang fundamental untuk diketahui oleh para kader kohati sehingga
hal ini menjadi tantangan bagi kader dalam menemukan kembali kondisi ideal
kohati.
Proyeksi
Generasi muda khususnya dalam hal ini mahasiswa memiliki peran besar dalam rangka mewujudkan Negara yang kokoh dan berdaulat. Dimana perempuan yang menjadi tiang Negara tentunya menjadi tombak dalam rangka membangun negeri dengan bertumpu pada 5 insan cita kualitas. Kondisi ideal yang mengharuskan kader HmI-Wati menjadi kader unggul dan professional. Membentuk kader yang peka akan kondisi yang terjadi di sekitar masyarakat, yang dekat dengan kita seperti masalah sosial-politik dan Kohati sebagai ujung tombak untuk mengantisipasi dan mempelopori terjawabnya persoalan-persoalan keperempuanan dan anak serta menjadikan salah satu organisasi gerakan perempuan di Indonesia. Kohati menjadi badan yang diharapkan mampu mengakselerasikan tujuan HmI “Terbinanya Muslimah Berkualitas Insan Cita”. Sehingga dengan ini izinkan saya Nurul Izzah merumuskan visi dan misi saya yang berangkat dari kondisi kader HmI-Wati Komisariat Kesehatan masyarakat dan persoalan keperempuanan yang terjadi di Indonesia dengan cakupan sempit di sekitar kita.
Komentar
Posting Komentar