Hakikat Manusia dengan Teori Psikoanalitik, Humanistik dan Behavioristik serta Hubungannya Dengan Model-Model Pencegahan Penyakit di Masyarakat
Hakikat Manusia dengan Teori Psikoanalitik, Humanistik dan Behavioristik serta Hubungannya Dengan Model-Model Pencegahan Penyakit di Masyarakat
Oleh : Muhammad Kyrgizt Al-Muqhni
Pandangan Psikoanalitik Tentang Hakikat Manusia
Psikoanalisa ditemukan di Wina, Austria, oleh Sigmund Freud. Psikoanalisis merupakan salah satu aliran di dalam disiplin ilmu psikologi yang memilik beberapa definisi dan sebutan, Adakalanya psikoanalisis didefinisikan sebagai metode penelitian, sebagai teknik penyembuhan dan juga sebagai pengetahuan psikologi.
Tokoh psikoanalitik (Hansen, Stefic, Wanner, 1977) menyatakan bahwa manusia pada dasarnya digerakkan oleh dorongan-dorongan dari dalam dirinya yang bersifat instingtif. Tingkah laku seseorang ditentukan dan dikontrol oleh kekuatan psikologis yang sudah ada pada diri seseorang, tidak ditentukan oleh nasibnya tetapi diarahkan untuk memenuhi kebutuhan dan insting biologisnya.
Menurut Freud tujuan pokok dilakukannya analisis terhadap aspek-aspek kejiwaan manusia bukan untuk mendapatkan teknik penyembuhan gangguan jiwa tetapi untuk memperoleh pengetahuan yang mendalam mengenai kehidupan kejiwaan pada umumnya. Itulah sebabnya pembahasan tentang kepribadian menjadi dominan dalam psikoanalisis. Secara garis besar psikoanalisis membahas kepribadian dari 3 aspek yaitu struktur, dinamika, dan perkembangan.
B. Pandangan Behaviorisme Tentang Hakikat Manusia
Jika psikoanalisa memfokuskan manusia hanya pada totalitas kepribadian (yang hanya tingkah laku yang tidak nampak) tetapi teori ini memfokuskan perhatiannya lebih menekan pada perilaku yang nampak, yakni perilaku yang dapat diukur, diramalkan dan di gambarkan.
Manusia, oleh Teori behaviorisme disebut sebagai Homo Mechanicus, artinya manusia mesin. Mesin adalah suatu benda yang bekerja tanpa ada motif di belakangnya, mesin berjalan tidak karena adanya dorongan alam bawah sadar tertentu, ia berjalan semata-mata karena lingkungan sistemnya. Jika mobil kehabisan bensin pasti tidak hidup, jika businya kotor juga mesin mati, jika unsur-unsur lingkungannya lengkap pasti berjalan lancar. Tingkah laku mesin dapat diukur, diramalkan dan digambarkan. Manusia, menurut teori behaviorisme juga demikian. Selain insting, seluruh tingkah lakunya merupakan hasil belajar. Belajar ialah perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Orang batak yang di pinggir pantai laut bicaranya selalu keras. Karena lingkungan menuntut keras, yakni bersaing dengan suara ombak, sedangkan orang jawa yang hidupnya di perkampungan yang lenggang, bicaranya seperti berbisik-bisik, karena lingkungan tidak menuntut suara keras, berbisk-bisik pun terdengar.
Dustin & George (1977), yang dikutip oleh George & Cristiani (1981), mengemukakan pandangan behavioristik terhadap konsep manusia, yakni :
Ø Manusia di pandang sebagai individu yang pada hakikatnya bukan individu yang baik atau yang jahat,tetapi sebagai individu yang selalu berada dalam keadaan sedang mengalami,yang memiliki kemampuan untuk menjadi sesuatu pada semua jenis perilaku.
Ø Manusia mampu mengonseptualisasikan dan mengontrol perilakunya sendiri.
Ø Manusia mampu memperoleh perilaku yang baru.
Ø Manusia bisa mempengaruhi perilaku orang lain sama halnya dengan perilakunya yang bisa dipengaruhi orang lain.
Dalam teori ini manusia dipandang sangat rapuh tak berdaya menghadapi lingkungan ia dibentuk begitu saja oleh lingkungan tanpa mampu melakukan perlawanan. Aristoteles, yang dianggap sebagai cikal bakal teori behaviorisme memperkenalkan teori tabularasa. Yakni bahwa manusia itu tak ubahnya meja lilin yang siap dilukis dengan tulisan apa saja. Jika kita berpegang pada teori ini maka kita dapat mengatakan bahwa mahasiswa dapat dibentuk menjadi apa saja (penurut, pemberontak, dan sebagainya) oleh dosennya atau Universitasnya, dan untuk itu kurikulum serta alat-alat stimulasi bisa dirancang.
C. Pandangan Teori Humanistik Tentang Hakikat Manusia
Jika teori psikoanalisa dan behaviorisme kurang menghargai manusia, karena dalam psikoanalisa, manusia dipandang hanya melayani keinginan bawah sadarnya, behaviorisme memandang manusia tak takluknya kepada lingkungan, maka psikologi humanistik memandang manusia sebagai eksistensi yang positif dan menentukan manusia dipandang sebagai makhluk yang unik memiliki cinta, kreatifitas, nilai, dan makna serta pertumbuhan pribadi. Pusat perhatian teori Humanistik, adalah pada makna kehidupan, dan masalah ini dalam Psikologi Humanistik disebut sebagai Homo Ludens, yaitu manusia yang mengerti makna kehidupan.
Menurut teori psikologi humanistik ini, setiap manusia hidup dalam dunia pengalaman yang bersifat pribadi (unik) dan kehidupannya berpusat pada dirinya. Perilaku manusia bukan dikendalikan oleh keinginan bawah sadarnya (seperti teori psikoanalisa). Bukan pula tunduk pada lingkungannya (seperti teori behaviorisme), tetapi berpusat pada konsep diri, yaitu pandangan atau persepsi orang terhadap dirinya, yang bisa berubah-ubah dan fleksibel sesuai dengan pengalamannya dengan orang lain. Seorang penjahat yang merasa hebat karena berani nekat dalam perbuatan jahatnya misalya. Karena pengalamannya dengan jagoan lain yang lebih hebat tetapi baik perilakunya, dapat saja ia menemukan makna kehidupan, dan kemudian memiliki kosep diri bahwa ia pasti dapat mengubah dirinya menjadi orang baik.
Menurut teori ini, manusia selalu berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas dirinya. Manusia juga ingin selalu mengaktualisasikan dirinya dalam kehidupan yang bermakna. Setiap individu bereaksi terhadap situasi yang dihadapinya sesuai dengan konsep diri yang dimilikinya, dan dunia dimana ia hidup.kencenderungan batiniah manusia selalu menuju kesehatan dan keutuhan diri. Jadi, dalm keadaan normal, manusia jalan (pekerjaan, karier atau jalan hidup) yang mendukung pengembangan dan aktualisasi dirinya. Contohnya, teori humanistic dalam pembelajaran cenderung mengarahkan siswa untuk berfikir induktif, mementingkan pengalaman, serta membutuhkan keterlibatan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.
Hubungan Teori-Teori Tentang Hakikat Manusia dengan Model Pencegahan Penyakit Di Masyarakat
Manusia memiliki motivasi yang mempengaruhi sikapnya. Motivasi menimbulkan perilaku. Sesuai dengan keyakinan humanistic bahwa manusia unik maka untuk memenuhi kebutuhan manusia melakukan hal-hal yang berbeda, kreatif dan bebas dari segala tekanan dari luar. Dalam mengambil keputusan individu yang sehat juga menggunakan segala aspek psikologisnya seperti emosional dan intelegensinya dan tidak terburu-buru. Hal tersebut merupakan ciri dari orang yang memiliki jiwa yang sehat. Dan kesehatan mental menurut humanistic adalah setiap manusia memiliki caranya masing-masing untuk mengatasi gangguan mentalnya dan bagaimana manusia melakukan hal yang berbeda-beda dalam menghadapi berbagai tekanan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental.
Orang-orang yang sehat tidak didorong oleh konflik-konflik tidak sadar . individu yang sehat berfungsi pada tingkat rasional dan sadar, menyadari sepenuhnya kekuatan yang membimbing dia dan dapat mengontrol kekuatan itu juga. Kepribadian yang matang tidak dikontrol oleh trauma ataupun konflik pada masa kanak-kanak. Pusat dari kepribadian kita adalah intensi-intensi kita yang sadar dan sengaja, misalnya harapan, aspirasi dan impian. Manusia didorong untuk mereduksikan tegangan-tegangan, menjaga supaya tegangan-tegangan berada pada tingkat yang paling rendah dan menjaga satu keadaan keseimbangan homeostatis internal atau “homeostatis”.
Manusia yang sehat memiliki kebutuhan akan sensasi-sensasi dan tantangan tantangan yang bervariasi. Orang yang sehat didorong ke depan oleh suatu visi masa depan, dan visi itu menyatukan kepribadiannya dan membawa orang itu ke tingkat stress yang lebih tinggi. Maslow berpendapat bahwa seseorang akan memiliki kepribadian yang sehat, apabila dia telah mampu untuk mengaktualisasikan dirinya secara penuh (self-actuaizing person). Maslow mengungkapkan teori motivasi bagi self-actualizing person dengan nama metamotivation. Meta-needs, B-motivation, atau being values (dalam Ruswandi,dkk 2010). Beberapa kepribadian yang sehat menurut humanistic, adalah perilaku yang mengarah pada aktualisasi diri.
Teori humanistic menyatakan bahwa setiap manusia unik. Manusia adalah makhluk kreatif, yang dikendalikan oleh nilai-nilai dan pilihan-pilihannya sendiri bukan pada kekuatan-kekuatan ketidaksadaran. Kesehatan mental menurut humanistic adalah sesuai dengan keyakinan humanistic bahwa manusia unik maka untuk memenuhi kebutuhan manusia melakukan hal-hal yang berbeda, kreatif dan bebas dari segala tekanan dari luar dan bagaimana manusia melakukan hal yang berbeda-beda dalam menghadapi berbagai tekanan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan mental.
REFERENSI
Sitorus, Martha. 2011. ”Teori Psikoanalisa Menurut Freud Erikson”. Tersedia: http://marthasitorus.blogspot.com/2011/02/teori-psikoanalisa-freud-erikson-yang.html.
Anonim. 2010. ”Manusia Menurut Teori Behaviorisme”. Tersedia: http://mubarok-institute.blogspot.com/2010/10/manusia-menurut-teori-behaviorisme.html.
Anonim. 2015. “Hakikat Manusia Menurut Psikoanalitik, Humanistik dan Behaviorisme”.
Tersedia : http://yeyeahmd.blogspot.com/2016/10/hakikat-manusia-menurut-psikoanalitik.html.
Anonim. 2014. “Teori Humansitik Tentang Kesehatan Mental”.
Tersedia : http://tiaacan.blogspot.com/2014/04/teori-humanistik-tentang-kesehatan.html.
Komentar
Posting Komentar