Determinan Utama Obesitas Pada Orang Dewasa dan Prevalensi Obesitas Pada Masa Pandemi COVID-19
Oleh : Nur Sari Utswatun Khasanah
Obestitas merupakan ketidakseimbangan antara energi yang masuk dengan yang keluar, ditandai dengan penumpukan lemak dalam jaringan adipose. Obesitas pada usia dewasa memberikan dampak pada kesehatan, dimana kenaikan berat badan dan obesitas menjadi salah satu faktor risiko untuk meningkatkan terjadinya penyakit tidak menular seperti diabetes tipe 2, kanker, dan beberapa penyakit kardiovaskular lainnya, bahkan hingga menyebabkan kematian di usia muda. Obesitas diduga terjadi karena disebabkan oleh multifaktor seperti kurangnya aktivitas fisik, stress, faktor genetik dan lain sebagainya.
Faktor risiko obesitas lainnya yaitu disebabkan karena asupan makanan, di mana telah dibuktikan melalui hasil-hasil penelitian. Aspek makanan yang meliputi rasa, variasi, harga, porsi, dan fasilitas sosial dapat menyebabkan pemilihan makanan yang tinggi akan kalori. Rasa dari makanan sudah dianggap sebagai salah satu alasan untuk memilih makanan dan mengonsumsi semua jenis makanan yang tersedia. Rasa merupakan sebuah elemen yang dapat berpengaruh dalam meningkatkan rasa ingin makan. Berbagai variasi makanan yang dijual dengan harga yang dikatakan cukup rasional dapat berkontribusi terhadap variasi makan yang tinggi kalori. Keberagaman makanan yang tersedia sewaktu makan juga dapat mempengaruhi terbentuknya pola makan individu. Seseorang cenderung akan lebih banyak mengonsumsi makanan ketika dihadapkan dengan beraneka ragam makanan dibandingkan dengan hanya satu jenis makanan yang tersedia. Makan yang berlebih juga dapat disebabkan oleh porsi makan yang besar dibandingkan biasanya.
Faktor lain yang menjadi penyebab terjadinya obesitas yakni aktivitas fisik, suatu hal yang sering dilakukan oleh kebanyakan masyarakat. Sebuah penelitian di negara maju menunjukkan bahwa tedapat hubungan antara aktivitas fisik yang rendah dengan kejadian obesitas. Individu dengan aktivitas rendah mempunyai risiko peningkatan berat badan dibandingkan dengan seseorang yang aktif melakukan aktivitas fisik secara teratur. Kurangnya aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab terjadinya peningkatan angka obesitas di tengah masyarakat yang makmur. Orang-orang yang tidak aktif lebih sedikit menggunakan energi. Seseorang yang cenderung mengkonsumsi makanan kaya lemak dan tidak melakukan aktivitas fisik yang seimbang akan mengalami obesitas.
Bagaimana kondisi angka obesitas pada masa pandemi ini ? Diketahui saat ini dunia termasuk Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19 atau coronavirus yang disebabkan oleh sindrom pernapasan akut parah coronavirus 2 (SARS-CoV-2). Para penderita penyakit coronavirus dispekulasikan memiliki hubungan yang kuat dengan kelebihan berat badan atau obesitas, yang dimana terdapat sebuah rumah sakit dengan data pasien orang dewasa yang berumur di bawah usia 60 tahun yang memiliki riwayat obesitas dan faktanya hampir semua negara saat ini memiliki prevalensi individu dengan kelebihan berat badan/obesitas yang menderita penyakit coronavirus. Kenapa hal tersebut bisa terjadi, dikarenakan ketika pemerintah menerapkan lockdown dan menyuruh masyarakat untuk tetap di rumah agar penyebaran coronavirus dapat ditekan dan tidak menyebarkan ke orang lain. Dari hal itu, tingkat kemalasan seseorang mulai meningkat, sehingga salah satu akibat yang dapat timbul yaitu asupan makanan tidak terkontrol dan aktivitas fisik mulai berkurang. Oleh karena itu, kedua hal tersebut sangat berpengaruh terhadap imunitas seseorang yang mengakibatkan seseorang yang obesitas lebih mudah terkena coronavirus. Imunitas tubuh dapat bekerja secara optimal dan sempurna dikarenakan pola hidup sehat dapat berpengaruh pada kesehatan tubuh sehingga tubuh tidak mudah terserang penyakit. Ditambah lagi obesitas lebih mengarah pada beberapa kondisi medis yang serius mulai dari hipertensi, penyakit kardiovaskular hingga diabetes tipe 2 (T2D). Obesitas juga memainkan peran penting dalam manifestasi penyakit paru-paru dan ketika hal tersebut semakin parah dapat memicu sebab kerentanan terhadap sindrom gangguan pernapasan akut (ARDS) yang merupakan penyebab utama kematian Covid-19.
Berikut merupakan prevalensi obesitas di Indonesia menurut provinsi pada tahun 2018
Data tersebut menunjukkan terjadi tingkatan obesitas yang tinggi di hampir wilayah Indonesia, khususnya untuk Sulawesi selatan. Sedangkan perkembangan Covid-19 di Indonesia pada tanggal 9 November 2020, pukul 12:00 WIB di 34 provinsi berdasarkan Kemenkes yakni kasus positif sebesar 440.569, sembuh 372.266, dan yang meninggal 14.689. Untuk prevalensi obesitas pada masa pandemi di Indonesia belum ada sebuah penelitian yang membahas perihal itu tetapi terdapat di sebuah negara tepatnya di New York yang meneliti tentang individu dengan obesitas dan Covid-19 yaitu tercantum dalam sebuah laporan yang melibatkan 5.700 pasien obesitas di New York City menunjukkan bahwa 41,7% pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit adalah individu dengan obesitas, sedangkan prevalensi rata-rata individu dengan obesitas di New York City adalah 22,0%.
Peningkatan prevalensi individu dengan kelebihan berat badan/obesitas di antara orang dewasa maupun lansia merupakan masalah utama di seluruh dunia. Individu dengan kelebihan berat badan dan obesitas menghadapi risiko konsekuensi parah yang lebih besar dari Covid-19, termasuk rawat inap, persyaratan perawatan klinis intensif, dan kematian. Selain itu, individu dengan obesitas cenderung menghadapi penurunan efektivitas vaksin melalui mekanisme yang serupa dengan tanggungjawab besar terhadap risiko infeksi primer yang lebih besar. Selain itu, sangat mungkin bahwa kebijakan jarak sosial dan tinggal di rumah dapat memperburuk kondisi berat badan dan kesehatan yang merugikan, melalui pengaruh terhadap pola makan dan aktivitas fisik. Pemerintah harus mempertimbangkan tindakan untuk mengatasi tidak hanya masalah ekonomi jangka panjang tetapi juga kualitas makanan selama pandemi ini dan masa depan untuk membangun ketahanan.
Sumber:
Hita, I, P, A, D., Ariestika, E., Yacs, B, T, P, W, B., & Pranata, D., 2020. Hubungan Status Gizi Terhadap Tingkat Aktivitas Fisik PMI Selama Masa Karantina Covid-19. Jurnal MensSana, [Online] 5(2), hal. 151-161. http://menssana.ppj.unp.ac.id/index.php/jm/article/view/163 [diakses 9 November 2020].
Kandinasti, S., & Farapti, F., 2018. Obesitas: Pentingkah Memperhatikan Konsumsi Makanan di Akhir Pekan?. Amerta Nutrition, [Online] 2(4), hal. 307-316. https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/9065/5864 [diakses 9 November 2020].
Nurcahyo, F., 2011. Kaitan Antara Obesitas dan Aktivitas Fisik. Medikora, [Online] 1(7), hal. 87-96. https://journal.uny.ac.id/index.php/medikora/article/view/4663 [diakses 9 November 2020].
Popkin, B, M., Du, S., Green, W, D., Beck, M, A., Algaith, T., Herbst, C, H., Alsukait, R, F., Alluhidan , M., Alazemi, N., & Shekar, M., 2020. Individuals with obesity and COVID‐19: A global perspective on the epidemiology and biological relationships. Obesity Reviews, [Online] 21(11), p. 1-17. https://onlinelibrary.wiley.com/doi/abs/10.1111/obr.13128 [diakses 9 November 2020].
Sumarmi, S., 2020. Kerja Harmoni Zat Gizi dalam Meningkatkan Imunitas Tubuh Terhadap Covid-19: Mini Review. Amerta Nutrition, [Online] 4(3), hal. 250-256. https://e-journal.unair.ac.id/AMNT/article/view/19026/12232 [diakses 9 November 2020].
Komentar
Posting Komentar