Pentingnya Suatu Pemeriksaan Kadar Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) Pada Sumber Air
Pentingnya Suatu Pemeriksaan Kadar Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) Pada Sumber Air
Oleh : Chaidir Aryatama Heppi
Air merupakan suatu zat cair yang memiliki substansi kimia dengan rumus H2O, jadi unsur dari pembentuk air terdiri dari hydrogenplus satu nuklir oksigen, muatan tersebut saling mengikat kuat yang membuat air mempuyai daya kohesi yang lentur. Air juga bersifat netral dengan materi yang tidak berwarna, tidak berbau, jernih, dan tidak berasa. Air adalah kebutuhan penting untuk berbagai makhluk hidup yang ada di muka bumi, air sering dikira sebagai sumber daya yang tidak bisa habis dan akan selalu ada dalam setiap waktu. Namun demikian, air sebenarnya merupakan sumber daya alam yang terbatas ketersediaanya karena mempunyai siklus tata air yang relatif tetap.
Pada dasarnya ketersediaan air di muka bumi tidak pernah bertambah dan tidak tersebar secara merata, fungsi air bagi kehidupan tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Penggunaan air yang utama dan sangat vital bagi kehidupan adalah sebagai air minum, hal ini untuk memenuhi kebutuhan air dalam tubuh, sekitar 55 - 60% berat badan dari orang dewasa adalah air, sebesar 65% bagi anak-anak dan bagi bayi sebesar 80%. Masalah keterbatasan sumber daya air dibeberapa daerah menimbulkan berbagai masalah yang serius bagi kesehatan penduduk yang bermukim di tempat tersebut, sehingga ketersediaan dan pengelolaan air menjadi sangat penting untuk mendukung kehidupan masyarakat.
Air adalah unsur utama bagi kehidupan, seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk maka kebutuhan akan air bersih semakin meningkat pula, akan tetapi meningkatnya kebutuhan air tidak berimbang dengan ketersediaan air bersih yang cenderung menurun, terutama kualitas air baku permukaan dari sistem instalasi pengolahan air yang semakin hari kian memburuk. Bagi manusia, air selain diperlukan untuk keperluan rumah tangga, juga digunakan untuk pertanian, industri, transportasi dan pariwisata. Air yang berfungsi sebagai sumber daya alam yang sangat penting keberadaanya untuk hidup manusia hendaknya harus selalu diguanakan secara baik dan hemat dengan tidak merusak tata lingkungan hidup dari manusia, sebagai bagian dari salah satu sumber daya alam, air dimuka bumi berbeda-beda menurut ruangdan waktu. Begitu banyak jumlah daerah daerah yang memiliki potensi air yang cukup, akan tetapi tidak sedikit ditemukan tempat-tempat yang potensi air yang dimiliki itu kecil, bahkan untuk waktu-waktu tertentu terjadi kekurangan air (Atmaja, 2019).
Untuk menyediakan air bagi keperluan banyak masyarakat, maka dibutuhkan berbagai sumber, salah satunya adalah air permukaan seperti sungai, rawa dan danau. Danau merupakan salah satu bentuk ekosistem air tawar yang bersifat menggenang (lentic), ekosistem ini menempati daerah yang relatif tidak luas pada permukaan bumi dibandingkan dengan habitat laut dan daratan. Danau yang merupakan ekosistem akuatik tawar yang terbentuk dengan alami serta dikelilingi oleh daratan, air yang ada dalam danau bisa berasal dari aliran sungai, mencairnya gletser, air hujan, serta dari mata air. Seringkali danau dijadikan sebagai sumber air yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat yang tinggal di sekitarnya untuk kepentingan sehari-hari. Namun demikian danau sebagai sumber air yang akan dimanfaatkan oleh masyarakat tentunya harus memenuhi syarat dan kualitas yang telah ditetapkan. Salah satu syarat air yang perlu diperhatikan adalah cemaran dari limbah.
Limbah secara umum merupakan kasus pencemaran lingkungan yang dapat menimbulkan permasalahan lingkungan dan memburuknya kesehatan bagi masyarakat, hal ini diakibatkan oleh limbah cair yang didapat dari berbagai kegiatan seperti industri, rumah tangga dan lain-lain. Salah satu contoh yang mengakibatkan limbah adalah pangan sisa dari berbagai kegiatan karena dalam prosesnya masih menyisakan unsur-unsur yang bisa mencemar dibuang ke lingkungan . Air limbah merupakan limbah yang berasal dari usaha dan atau kegiatan permukiman, rumah makan, perkantoran, perniagaan, apartemen dan asrama. Sebelum dibuang kelingkungan air limbah harus diolah di unit pengolahan atau Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Penting untuk menjaga pengolahan air limbah arena jika tidak akan membuat kesulitan untuk untuk mendapatkan air yang bersih yang sesuai dengan standar dan tidak tercemar oleh berbagai macam kegiatan manusia. Ketergantungan manusia air akan semakin besar sejalan dengan perkembangan penduduk yang semakin meningkat (Sulistia and Septisya, 2020).
World Health Organization (WHO) menghimpun fakta bahwa pada negara berkembang, 22% fasilitas perawatan kesehatan tidak memiliki layanan air, 21% tidak ada memiliki layanan sanitasi, dan 22% tidak memiliki layanan untuk pengelolaan limbah seperti limbah cair. Selain itu WHO juga mengungkapkan bahwa air minum yang tercemar akibat berbagai cemaran seperti salah satunya limbah diperkirakan menyebabkan 485.000 kematian akibat diare setiap tahunnya.Tingkat pencemaran perairan laut serta sungai di berbagai tempat yang ada di Indonesia bisa dikatakan sangatlah tinggi. Terdapat 79 kasus pencemaran lingkungan yang mencemari 65 perairan di Indonesia. Asian Development Bank pernah mengatakan bahwa tingkat pencemaran air yang ada di Indonesia menyebabkan kerugian sebesar Rp 45 triliun dalam setahun, kerugian tersebut termasuk didalamnnya yaitu di bidang pariwisata, yang menjadi salah satu dari sumber pencemar yang sangat besar untuk lautan dan sungai yang ada di Indonesia yaitu dari limbah rumah tangga ringan (greywater) serta limbah rumah tangga (blackwater), asal pencemar tersebut dari air bekas cucian peralatan rumah tangga, misalnya pakaian, peralatan makan, dll. Sedikitnya 1,3 juta meter kubik limbah cair rumah tangga dari 22 juta penduduk dari daerah perkotaan besar dialirkan ke perairan, belum termasuk penduduk di daerah yang lain (Saputra, Hasyim and Junus, 2020).
Gambaran secara umum tingkat kondisi saluran air limbah desa atau kelurahan kota madya di Sulawesi Selatan. Deskripsi kondisi saluran air limbah untuk seluruh desa atau kelurahan di Kota Parepare telah memiliki saluran pembuangan air limbah berupa got atau selokan, sedangkan terdapat 75% saluran air limbah di Kota Palopo berupa got/selokan dan untuk saluran air limbah got/selokan yang ada di Kota Makassar adalah sebesar 89,5% (Hastuti and Syakur, 2017). Berdasarkan data yang diperoleh dari unit Pelaksana Tekhnis Daerah Pengelolaan Air Limbah Dinas Pekerjaan Umum Kota Makassar dari tahun 2009 - 2018, sudah terdapat 149 Unit IPAL Komunal yang memiliki kapasitas 30 sampai 100 sambungan rumah yang pengelolaannya dilakukan oleh masyarakat yang pembangunannya berasal dari berbagai sumber dana dan bermacam-macam program seperti APBN (SLBM, Pamsimas, Sanimas, USRI) serta APBD dari Kota Makassar. Dan 4-unit IPAL komunal akan dibangun pada beberapa Kelurahan yang tersebar Kota Makassar pada Tahun 2019. Sebanyak 149 unit prasarana yang sudah dibuat akan tetapi hanya 60 % yang digunakan sedangkan 40 % lainnya dalam kondisi ttidak berfungsi. Hal tersebut berarti bahwa terjadinya suatu permasalahan yang serius dalam hal menjamin keberlanjutan serta pemeliharaan dari Instalasi Pengolahan Air Limbah Masyarakat (Daud F and Bahri A, 2020).
Konsentrasi oksigen terlarut atau umumnya disebut juga dengan Dissolve Oxygen atau DO adalah parameter atau tolak ukur yang paling banyak mendapat soroton karena mampu menggambarkan kualitas pada air dan kesehatan pada suatu ekosistem di dalam air tersebut (Sugianti and Astuti, 2018). Adapun BOD atau umumnya disebut juga dengan Biochemical Oxygen Demand adalah banyaknya oksigen yang diperlukan oleh suatu mikroorganisme aerobik dalam menguraikan hampir seluruh zat organik yang terlarut pada dalam air ataupun tersuspensi pada air. Kadar atau konsentrasi dari BOD adalah salah satu acuan atau indikator yang bisa dijadikan sebagai tolak ukur kejadian pencemaran yang ada di suatu perairan (Putra and Yulia, 2019). Metode winkler adalah metode uji coba yang biasa dilakukan untuk pemeriksaan kadar Dissolved Oxygen (DO) dan Biochemical Oxygen Demand (BOD) pada air dengan menggunakan cara titrasi. Metode winkler bekerja dengan cara menangkap kadar oksigen dalam sampel air dengan mereaksikannya dengan beberapa reagen atau bahan yang dihasilkan dalam pembentukan senyawa asam dengan adanya yodium. Larutan iodide lalu dititrasi dengan bahan penetral yang sesuai. Perubahan warna yang menandakan titik akhir setara dengan jumlah DO pada sampel air (Aniyikaiye et al., 2019).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Dyna dkk pada tahun 2017 tentang Penentuan Kadar Dissolved Oxygen (Do) Pada Air Sungai Sidoras di Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara menunjukkan bahwa kadar DO pada sampel air sungai 1 = 2,7 mg/L, dan sampel 2 = 1,93 mg/L. Berdasarkan hasil uji nilai DO yang di dapat tersebut, bisa dikatakan Sungai Sidoras mampu digunakan dalam pengairan pertanaman/pertanian kelas 4, hal tersebut sesuai dengan Peraturan Pemerintah No 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air (Aruan and Siahaan, 2017).
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh Wike dkk pada tahun 2019 tentang Kondisi Nitrat, Nitrit, Amonia, Fosfat dan BOD di Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan ditemukan hasil bahwa nilai BOD bervariasi antar stasiun penelitian (2,14 - 8,73 mg/L). Berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup Tahun 2004 nilai BOD yang diperkenankan untuk kehidupan biota laut haruslah lebih kecil dari 20 mg/L, dan berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik ditetapkan batasan maksimalnilai BOD sebesar 30 mg/l. Berdasarkan hal tersebut bisa dibuat kesimpulan bahwa kondisi BOD pada Perairan Banyuasin bisa dikatakan masih baik untuk kehidupan organisme yang ada di dalamnya (Putri et al., 2019).
Penelitian yang telah dilakukan oleh Bayu dkk pada tahun 2020. Pada sampel, nilai parameter BOD dan COD yang dihasilkan masih diatas ambang batas baku mutu air limbah yaitu sebesar 1874,40 mg/L untuk BOD dan 3878,40 mg/L untuk COD. Tentu saja hal ini tidak sesuai dengan syarat pada Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 68 Tahun 2016 tentang Baku Mutu Air Limbah Domestik yaitu nilai maksimal BOD sebesar 30 mg/l. Kadar BOD pada suatu perairan harus memenuhi baku mutu yang telah ditentukan. Kadar BOD yang tinggi merupakan indikator kimia adanya limbah dalam suatu perairan. Kadar BOD yang tinggi menunjukkan keberadaan limbah yang memberikan dampak negatif terhadap lingkungan, seperti mengganggu transparansi air, menggangu proses fotosintesis yang berujung pada defisiensi oksigen, menyebabkan tumor ataupun kematian pada organisme akuatik, serta mengakibatkan iritasi, keracunan, mutasi gen, dan kanker pada manusia.
Berbagai sumber air rentan terhadap cemaran limbah terutama air permukaan seperti sungai dan danau yang dimana sumber air tersebut bisa terekspos secara langsung dengan limbah. Melihat berbagai data diatas maka dapat diketahui bahwa pencemaran air sangatlah berpengaruh terhadap kesehatan, maka dirasa penting untuk dilakukannya pemeriksaan kadar DO dan BOD pada berbagai sumber air untuk menghindari pemakaian air yang tidak sesuai syarat agar tidak menimbulkan dampak gangguan kesehatan seperti penyakit.
DAFTAR PUSTAKA
Aniyikaiye, T. E. et al. (2019) ‘Physico-chemical analysis of wastewater discharge from selected paint industries in Lagos, Nigeria’, International Journal of Environmental Research and Public Health, 16(7). doi: 10.3390/ijerph16071235.
Aruan, D. G. R. and Siahaan, M. A. (2017) ‘Penentuan Kadar Dissolved Oxygen (DO) Pada Air Sungai Sidoras di Daerah Butar Kecamatan Pagaran Kabupaten Tapanuli Utara’, Jurnal Analisis Laboratorium Medik USM-Indonesia, 2(1), pp. 422–433. Available at: http://e-journal.sari-mutiara.ac.id/index.php/Kesehatan_Masyarakat.
Daud, F. and Bahri, A. (2020) ‘Hubungan Pengetahuan dan Sikap dengan Pemeliharaan Instalasi Pengolahan Air Limbah Komunal Berbasis Masyarakat di Kecamatan Tamalate Kota Makassar’,Biology Teaching and Learning, 3(1), pp. 77–81.
Purnamawati, N. W. I., Arthana, I. W. and Saraswati, S. A. (2018) ‘Kandungan Nitrat, Fosfat Dan Pertumbuhan Biomassa Basah Kiambang (Salvinia molesta) Di Perairan Danau Buyan, Buleleng, Bali’, Journal of Marine and Aquatic Sciences, 5(1), p. 55. doi: 10.24843/jmas.2019.v05.i01.p07.
Putra, A. Y. and Yulia, P. A. R. (2019) ‘Kajian Kualitas Air Tanah Ditinjau dari Parameter pH, Nilai COD dan BOD pada Desa Teluk Nilap Kecamatan Kubu Babussalam Rokan Hilir Provinsi Riau’, Jurnal Riset Kimia, 10(2), pp. 103–109. doi: 10.25077/jrk.v10i2.337.
Putri, W. A. E. et al. (2019) ‘Kondisi Nitrat, Nitrit, Amonia, Fosfat Dan Bod Di Muara Sungai Banyuasin, Sumatera Selatan’, Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, 11(1), pp. 65–74. doi: 10.29244/jitkt.v11i1.18861.
Sawaluddinsiregar, S. S. (2018) ‘Air Dalam Perspektif Al-Qur’an dan Sains’, Jurnal Tarbiyah : Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(2), pp. 109–122. doi: 10.18592/tarbiyah.v7i2.2112.
Sugianti, Y. and Astuti, L. P. (2018) ‘Respon Oksigen Terlarut Terhadap Pencemaran dan Pengaruhnya Terhadap Keberadaan Sumber Daya Ikan di Sungai Citarum’, Jurnal Teknologi Lingkungan, 19(2), p. 203. doi: 10.29122/jtl.v19i2.2488.
Sulistia, S. and Septisya, A. C. (2020) ‘Analisis Kualitas Air Limbah Domestik Perkantoran’, Jurnal Rekayasa Lingkungan, 12(1), pp. 41–57. doi: 10.29122/jrl.v12i1.3658.
Yulis, P. A. R., Desti and Febliza, A. (2018) ‘Analisis Kadar DO, BOD, dan COD Air Sungai Kuantan Terdampak Penambangan Emas Tanpa Izin’, Jurnal Bioterdidik, 6(3).
Komentar
Posting Komentar