Langsung ke konten utama

Healthy Cities; Menyiapkan Amunisi Menuju Masyarakat Cita

 


Healthy Cities; Menyiapkan Amunisi Menuju Masyarakat Cita

Oleh : Fadil Nurmansyah

Indonesia adalah Negara yang paling banyak penduduknya ke empat di dunia, setelah Negara Cina, India dan Amerika Serikat dengan total populasi sekitar 260 juta penduduk dan komposisi etnis masyarakat indonesia amatlah beragam dengan ratusan ragam suku dan budaya. Sehingga salah satu alasan Bhineka Tunggal Ika menjadi motto Negara Republik Kesatuan Indonesia (NKRI) adalah diharapkan dapat mencerminkan keanekaan etnis, budaya dan bahasa dapat menjadi satu kesatuan dalam NKRI, dimana keanekaragaman tersebut dapat ditemukan dalam batas-batas Negara yang merupakan Negara kepuluan terbesar di dunia ini.

Dengan banyaknya jumlah populasi penduduk di Indonesia, menurut Nur Falikhah dalam jurnalnya yang berjudul bonus demografi peluang dan tantangan bagi Indonesia mengatakan bahwa pada tahun 2030 nanti Indonesia di prediksi akan mendapatkan bonus demografi. Secara pemetaan, bonus demografi dapat diartikan sebagai keadaan jumlah usia yang produktif lebih banyak dari jumlah usia non produktif, sehingga dengan bonus demografi tersebut jika secara kualitas, sumber daya manusia meningkat akan dapat menentukan masa depan Negara Indonesia menjadi Negara yang mampu meningkatkan kesejahteraannya sendiri dan mampu bersaing dengan Negara maju lainnya.

Menurut Amartya Sen, terdapat tiga faktor yang dapat mempengaruhi kesejahteraan masyarakat dalam suatu Negara (Human Development Indeks), yaitu kesehatan, pendidikan dan ekonomi, dimana ketiga unsur tersebut saling mempengaruhi dan harus dapat terpenuhi sehingga masyarakat yang tinggal dalam suatu daerah (Negara) tersebut dapat dikatakan menjadi Negara sejahtera, kemudian menurut Muhammad Ruslan SKM salah satu aktifis kesehatan dalam salah satu diskusi publiknya mengatakan bahwa yang paling berpengaruh dalam Human Development Indeks adalah masalah kesehatan, karena ketika kesehatan terganggu seseorang akan lebih sulit dalam meningkatkan derajat ekonomi dan tingkat psikis untuk menuntut ilmu atau pendidikan.

Kesehatan secara garis besarnya menurut organisasi dunia yang mengurusi masalah kesehatan yaitu Word Healht Organization (WHO) sehat adalah suatu keadaan mental, fisik, dan kesejahteraan sosial yang berfungsi secara normal tidak hanya dari keabsenan suatu penyakit. Sedangkan menurut UU Kesehatan No. 23 tahun 1992 menjelaskan bahwa sehat adalah keadan normal dan sejahtera anggota tubuh, sosial dan jiwa pada seseorang untuk dapat melakukan aktifitas tanpa gangguan yang berarti dimana ada kesinambungan antara kesehatan fisik, mental dan sosial seseorang termasuk dalam melakukan interaksi dengan lingkungan, dari dua definisi tentang sehat diatas, kita dapat mengetahui bahwa kesehatan bukan hanya di pandang dari aspek fisik saja namun aspek psikis dan aspek lingkungan sosial pun adalah indikator orang dikatakan sehat.

Saat ini yang menjadi penyebab utama masalah kesehatan adalah kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga kesehatan mereka sebelum jatuh sakit, karena paradigma yang terbangun selama ini adalah paradigma sakit dan dampak yang ditimbulkan dari masyarakat yang berparadigma sakit adalah banyak masalah kesehatan masyarakat yang akan timbul akibat perilaku masyarakat dan kondisi lingkungan yang tidak memperhatikan kesehatan mereka, ditambah lagi dengan sedikitnya sarana dan prasarana lingkungan yang mendukung upaya promotif (promosi) dan preventif (pencegahan) serta regulasi dan kebijakan yang mengatur terkait masalah kesehatan masih berfokus pada aspek kuratif (pengobatan).

Upaya promosi dan pencegahan merupakan salah satu cara pelayanan yang menurut sebagian masyarakat kurang menarik, karena tidak langsung diperoleh manfaatnya, paradigma seperti itu dapat dimaklumi bahwa bentuk pelayanan kesehatan masih cenderung diberi bobot lebih pada tindakan pengobatan. Pelayanan kesehatan dalam bentuk pengobatan adalah permintaan atau tuntutan dari masyarakat yang kebetulan dalam kondisi sakit dan butuh segara pertolongan. Pada dasarnya pelayanan kesehatan kuratif sering memberi dampak langsung terhadap penyembuhan, sehingga masyarakat langsung merasakan manfaatnya. Sedangkan aspek pelayanan preventif penyakit yang dilakukan dimasyarakat, biasanya membutuhkan ‘waktu’ untuk merasakan efek dari sebuah tindakan penyakit, tergantung jenis penyakit yang sifatnya akut (cepat) maupun kronis (menahun). Hal ini membuat tindakan pencegahan kurang populer dikalangan masyarakat luas.

Paradigma adalah kumpulan tata nilai yang membentuk pola pikir seseorang sebagai titik tolak pandangannya sehingga akan membentuk citra subyektif seseorang mengenai realita sehingga akhirnya akan menentukan bagaimana seseorang menanggapi realita itu dan proses mengubah paradigma tersebut menurut Kuhn adalah sebagai berikut: pra paradigma-pra science paradigma normal science-anomaly-krisis revolusi-paradigma baru-ekstra ordinary science-revolusi.

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) sebagai organisasi kader dan organisasi perjuangan sudah seharusnya menjadi garda terdepan dan turut andil dalam menyongsong bonus demografi tersebut, kader-kader HMI diharapkan mampu memberikan sumbangsih pemikiran yang baru terhadap bagaimana mengubah paradigma masyarakat Indonesia, dari yang dulunya berparadiga sakit menjadi paradigma sehat, karena dengan memaksimalkan upayaupaya promotif dan preventif akan dapat meningkatkan derajat kesehatan masyarakat Indonesia sehingga salah satu indikator dari HDI dapat terpenuhi dan dapat mempengaruhi sektor-sektor lain seperti ekonomi dan pendidikan, kemudian Indonesia mampu menjadi Negara yang sejahtera dan mampu bersaing secara global dengan Negara lain, karena secara kualitas Indonesia telah menjadi Negara yang adil dan makmur.

Salah satu hal yang dapat dilakukan oleh kader HMI adalah dengan membuat membuat konsep healthy cities di cabang-cabang tempat domisili kader-kadernya, konsep healthy cities adalah menurut Organisasi Kesehatan Sedunia WHO sebagai sebuah kota yang secara terus menerus menciptakan dan meningkatkan lingkungan fisik dan sosial dan memperluas sumberdaya masyarakat yang memungkinkan orang untuk saling mendukung satu sama lain dalam melakukan semua fungsi kehidupan dan mengembangkan potensi maksimal mereka. Healthy Cities adalah sebuah proses, disebut sebuah Healthy Cities bukan sebuah kota yang telah mencapai status kesehatan tertentu, tetapi lebih dari itu yaitu sebuah kota yang sadar kesehatan dan berusaha untuk memperbaikinya, apa yang diperlukan adalah komitmen untuk kesehatan, proses dan struktur untuk mencapainya.

Salah satu metode dalam menerapkan Healthy Cities adalah dengan membuat tatanan sehat atau biasa disebut sebagai Healthy Setting. Pendekatan ini adalah pendekatan yang berbasis promosi kesehatan dan pencegahan penyakit. Konsep ini melibatkan metode holistik dengan pendekatan multi-disiplin yang mengintegrasikan antara tindakan dan faktor risiko. Tujuan dari Healthy Setting adalah untuk memaksimalkan upaya promosi kesehatan dan pencegahan penyakit melalui pendekatan sistem. Pada prinsipnya, healthy setting menekankan pada partisipasi masyarakat, kemitraan, pemberdayaan dan ekuitas.

Namun, hal yang pertama dan terlebih dahulu yang harus dilakukan oleh kader-kader HMI yang tersebar diseluruh pelosok Indonesia, adalah memberikan pemahaman kepada masyarakat bagaimana mengubah paradigma mereka menjadi paradigma sehat, karena jika masyarakat masih berparadigma sakit konsep Healthy Cities tersebut akan menjadi suatu konsep yang utopis dan tidak bisa terwujud. Dalam Pancasila dalam sila ke-5 menyebutkan bahwa: keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Cerminan dari sila ini tertuang melalui Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) sebagai bukti kehadiran Negara ditengah rakyatnya yang diharapkan dapat memberikan keadilan sosial bagi rakyat. Namun kondisi hari ini ditemukan bahwa BPJS sedang mengalami defisit anggaran, salah satu penyebabnya adalah kian hari makin bertambah orang yang jatuh sakit, dengan menerapkan konsep Healthy Cities ini, diharapkan semakin berkurangnya masyarakat yang jatuh sakit, karena konsep yang di terapkan dalam Healthy cities adalah sebuah konsep yang menekankan bahwa lebih baik mencegah daripada mengobati.

Komentar

Paling Banyak Dikunjungi

Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan

  Merefleksikan Makna Keadilan dalam Perjuangan Lembaga Kemahasiswaan Oleh Ardyansyah Saputra Basri Selama beberapa tahun belakangan, saya terlibat aktif di organisasi atau lembaga kemahasiswaan fakultas tempat saya mengenyam studi ilmu kesehatan masyarakat. Ada pahaman yang berkembang di kalangan anggotanya, yakni perihal keadilan. Keadilan diartikan sebagai sesuatu hal yang sesuai dengan kadar dan porsinya. Tapi apakah makna keadilan secara luas dapat diartikan seperti itu? jika ditelusuri, ternyata pahaman itu hadir dari hasil dialektika pada proses perubahan konstitusi. Kalau di Yunani Kuno, proses dialektika atau diskusi filosofis itu dilakukan di lyceum, di perkuliahan saya mendapatinya di mubes lembaga kemahasiswaan. Pada dasarnya berlembaga adalah aktivitas berpikir, kita berfilsafat di dalamnya, sejauh yang saya dapatkan. Proses dialektika atau diskusi filosofis ini sebenarnya merupakan metode untuk mendapatkan kebenaran atau pengetahuan. Pada setiap transisi periode kepengur

Merawat Telinga Kita

  Merawat Telinga Kita Oleh : Sabri Waktu kita terbatas, anggapan itu menjadi alasan manusia bertindak selalu ingin jauh   lebih cepat bahkan melupakan setiap proses yang dilalui dan orang-orang di sekitarnya. Melihat waktu sebagai sesuatu yang terbatas atau tanpa batas ditentukan oleh diri kita masing-masing. Kita memahami bahwa hidup kita berada di masa kini akan tetapi tidak menutup kemungkinan kita dihantui oleh masa lalu dan masa depan. Mendengarkan sesungguhnya merupakan salah satu cara kita menghargai waktu dengan orang-orang di sekitar kita, karena kehadiran seseorang dapat terasa tak ada jika apa yang ingin disampaikan tak didengarkan dengan baik. Maka kemampuan kita untuk mengabaikan sesam a akan terlatih. Apalagi berbagai kebiasaan yang ada saat ini mengajak kita untuk lupa akan pentingnya menciptakan sebuah kehadiran sejati dengan saling mendengarkan. Di antara kita, angkatan, komisaria

Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis

  Falsafah Puasa; Pertanyaan dari Sisi Epistemologis Oleh: Ardyansyah Saputra Basri Tanggal 1 Ramadhan 1443 H atau 3 April 2022 M, tepat pada jam 01.21 WITA suara ketukan palu sebanyak tiga kali berbunyi. Menandakan berakhirnya sidang penetapan program kerja pengurus HmI komisariat kesmas unhas cabang maktim periode 1443-1444 H/ 2022-2023 M. Ucapan syukur hamdalah menghiasi forum rapat kerja yang dilaksanakan secara daring via google meeting, yang berarti bahwa hal yang direncanakan kepengurusan telah dimulai selama kurang lebih satu tahun ke depan. Pada saat yang sama, notifikasi chat grup ramai silih berganti dari pengurus yang baru saja melaksanakan rapat kerja. Pertanyaan mengenai kapan rapat kerja selesai pun beralih menjadi penantian terhadap sahur yang nanti bagusnya makan apa, dengan siapa, dan jam berapa. Sahur pertama ini memang selalu menjadi persoalan, setidaknya dari yang apa saya amati di kultur Sulawesi Barat dan Sulawesi Selatan. Tidak jarang, beberapa teman yan